Sebagian terlahap si jago merah (sumber kompas.com) |
"Indonesia akan mengalami anomali iklim yang menyebabkan curah hujan menipis sehingga cuaca menjadi panas," ucap Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dalam sebuah konferensi pers Rapat Koodinasi Khusus Penanggulangan Karhutla di awal tahun 2023. Bahkan menurut Beliau, pantauan titik panas di sejumlah wilayah meningkat 29% dibandingkan tahun 2022 di periode yang sama. Menurut Badan Metereorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan di tahun 2023 berada di kategori normal, tetapi intensitasnya lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Apalagi terpantau La Nina menghampiri Indonesia.
Saya merasa tahun ini beda dengan tahun sebelumnya. Bahkan sumur tetangga yang biasa full air kini tampak menyurut jika dibandingkan dengan tahun 2022. Saya amati juga cuaca lebih panas, tidak ingin kulit gosong terpanggang sinar matahari, wajib melindungi kulit dengan sunscreen dengan broad spectrum yang mampu melindungi dari UVA dan UVB, serta SPF di atas 30. Biar makin tidak kehilangan dehidrasinya, cari sunscreen yang memberi efek kelembaban.
Eh,ternyata ngomongin cuaca makin lebar ke mana-mana. Tapi emang nyambung sih, soalnya panas di tahun ini memang cukup menyengat kulit.
Enggak di ibukota, tapi juga di kabupaten atau kota, banyak orang mengeluhkan cuaca panas yang cukup ekstrim ini.
Di beberapa negara Asia seperti China dan India, terjadi fenomena heatwave atau gelombang panas yang menyebabkan serangan cuaca ekstrim. Hal itu ditandai dengan peningkatan suhu udara dalam kurun 5 hari bahkan lebih. Adapun di Indonesia menurut BMKG, fenomena cuaca panas di beberapa wilayah disebabkan oleh gerak semu matahari yang ditandai dengan tingginya intensitas radiasi matahari karena ketiadaan awan menghalangi. Fenomena La Nina disinyalir mempengaruhi cuaca panas ini sebab La Nina mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik, termasuk berkurangnya pasokan hujan di tahun ini.
Akibat musim kemarau berkepanjangan ini menyebabkan beberapa titik api penyebab karhutla di sejumlah kawasan mengalami peningkatan. Bikin sedih, huhu.
Kebakaran hutan. Sumber: kompas.com) |
Kebakaran hutan dan lahan atau yang biasa disingkat dengan istilah karhutla bisa terjadi karena faktor alam (bencana ekologis) dan juga faktor kesengajaan (perbuatan manusia). Yang menyebabkan kenapa karhutla membabat habis hutan dan melahap satu kawasan adalah pembakaran yang masif dan tidak terkontrol sehingga api menjalar ke mana-mana. Kondisi ini diperparah dengan hembusan angin yang cukup kencang di musim kemarau.
Untuk data luas area indikatif karhutla di Indonesia sepanjang 2023 bisa disajikan di data yang diolah oleh KataData berikut ini
Data indikatif karhutla sepanjang Januari-Agustus 2023. Katadata |
Mengingat sudah memasuki musim kemarau, di sepanjang Januari hingga Agustus 2023 telah terjadi 499 peristiwa karhutla. Menurut BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), jumlah kasus karhutla tahun ini meningkat lebih cepat dibandingkan 3 tahun sebelumnya. Selama periode tersebut (terhitung Januari hingga Agustus 2023) karhutla membabat 500 hektare lahan di Jawa Timur.
Bagaimana dengan fenomena karhutla di luar Jawa? Terpantau pada minggu pertama di bulan Agustus, karhutla menghanguskan 20 hektare lahan gambut Kabupaten Ogan Komering Ilir. Di Ketapang, Kalimantan Barat membuat kabut tebal yang menghalangi jarak pandang sejauh 5 hingga 7 meter. Bahkan petugas kesulitan melakukan pemadaman karena terbatasnya sumber air di kawasan tersebut. Diperkirakan 2000 hektare lahan lenyap dilahap si jago merah.
Selain menyebabkan hutan gundul dan penyakit saluran pernapasan, adanya karhutla asap dan sejumlah emisi gas berbahaya melangit ke atmosfer. Hal ini menyebabkan polusi udara serta meningkatnya pemanasan global.
Nah, generasi muda bisa terlibat aktif dan berkontribusi positif dalam agenda mitigasi terhadap perubahan iklim. Cara yang dilakukan dengan berbagai cara, misal ikut aksi penanaman pohon, bergabung menjadi relawan di organisasi lingkungan hidup dan lain sebagainya. Intinya kita sebagai generasi muda bisa menjadi garda terdepan penyelamat lingkungan, peduli, dan lindungi hutan.
Bagaimana dengan saya? Cara sederhana yang bisa saya lakukan adalah melakukan kampanye peduli, sayangi hutan, juga lingkungan lewat media sosial (Instagram dan Twitter/X).
Kampanye lingkungan melalui media sosial pribadi |
Tampilan challenges di website teamupforimpact.org |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar