Desa Nusantara menuju Desa Ekologis |
Saya belum pernah berkunjung ke Sumatera Selatan. Sudah sejak lama saya mengidamkan mengunjungi tempat ini, sebuah propinsi yang dulu dikenal sebagai Bumi Sriwijaya. Apalagi saat seorang teman menceritakan keindahan desanya serta keseruan membuat tekwan dan pindang patin, uhhhh sedapnya. Tapi, tahukah kamu bahwa di salah satu sudut wilayah di Sumatera Selatan, ssaat sebuah desa tengah berbenah. Kabarnya saat ini desanya sedang berprogress menuju desa ekologis. Desa itu bernama Desa Nusantara. Di sini saya akan sedikit membuat ulasan tentang desa itu.
Sebelumnya saya sempat searching Google mengenai Desa Nusantara, tapi tak banyak informasi yang ditampilkan. Desa Nusantara terletak di Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan KOmering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Desa Nusantara memiliki luas wilayah mencapai 239.000 hektar. Dulunya Desa Nusantara menjadi tempat para transmigrans (era orde baru tahun 1981) mencari pundi-pundi rejeki dengan mengolahan lahan belukar yang ada menjadi ladang jagung, sukun, dan singkong.
Dinamakan Desa Nusantara karena pada awalnya terdapat perusahaan yang bernama PT Nusantara yang menaungi para transmigran tersebut. PT Nusantara menyediakan rumah panggung dan lahan seluas 2 hektar per keluarga
kala itu, sekitar tahun 1981 ada 700 keluarga transmigrans yang ditempatkan di Jalur 27 Ogan Komering Ilir. Keluarga ini berasal dari berbagai daerah dari tanah Jawa seperti Madiun, Tulungagung, Nganjuk, Mokokerto, Pandeglang, dan sebagainya. Karena pada waktu itu lahan masih berupa hutan belukar, maka jenis tanaman yang bisa ditanam masihlah sebatas singkong. Apalagi kawasan itu masihlah berupa lahan gambut sehingga butuh treatment khusus agar tanah bisa diolah menjadi ladang yang bisa ditanami.
Tantangan yang dihadapi para transmigran berupa hewan-hewan iar seperti kera, babi, gajah, dan sebagainya. Tantangan berikutnya berupa wabah kolera. Tak ada akses listrik, tak ada fasilitas kesehatan. Jika ada anggota warga sakit, maka warga tersebut mengonsumsi ramuan tradisional seadanya. Terkadang hal itu tidak membuat sembuh, malah makin menjadi-jadi, apalagi ini kolera. Bahkan beberapa warga yang mengidap kolera meninggal dunia. Bagaimana tidak, jarak puskemas terdekat kurang lebih 2 kilometer, itupun mereka yang mengidap kolera harus diangkut menggunakan perahu. Belum sampai puskemas, korban sudah meninggal dalam perahu.
Wabah kolera ini berlangsung selama 3 bulan. Yang terparah adalah korban meninggal hingga 5 orang dalam sehari. Bala bantuan kemudian datang dari Jakarta menggunakan helikopter. Dengan penanganan serius, mereka yang sakit berangsur sembuh. Tak lupa petugas medis memberikan sosialisasi cara hidup sehat dan bersih serta membagikan oralit
Lambat laun, kawasan yang awalnya hutan belukar dan ditanami singkong, sukun, dan jagung mulai merambah menjadi lahan pertanian padi. Dari sini kita sudah tahu bahwa rata-rata mata pencaharian warga Desa Nusantara adalah petani/penggarap lahan. Pada tahun 2010, para petani ini bersepakat mendirikan Forum Petani Nusantara Bersatu (FPNB).
Pada tahun 2022 FPNB direkomendasikan WALHI Sumatera Selatan mengakses Dana Nusantara untuk membiayai pemetaan partisipatif Desa Nusantara. Pemetaan dipilih sebagai metode pengambilan informasi langsung dari lapangan, khususnya yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat fisik, sejalan dengan itu pemetaan juga bisa mencakup aspek-aspek sosial, budaya, dan ekonomi. Masyarakat yang hidup dan bekerja di wilayahnya memiliki pengetahuan yang baik mengenai penggunaan lahan, jenis tumbuhan, siklus tanam dan panen sampai kecenderungan iklim dan musim yang berubah.
Perlu diketahui bahwasanya Dana Nusantara ini tak ada hubungannya dengan proyek IKN ya.
Selanjutnya, pihak Walhi dan Desa Nusantara melakukan pemetaan partisipatif guna menyusun tata guna lahan secara berkelanjutan. Pemetaan partisipatif ini juga untuk mengetahui tingkat tingkat keberagaman seperti jenis tumbuhan, siklus tanam dan panen, kecenderungan musim/iklim, dan sebagainya. Selanjutnya hasil pemetaan tersebut dijadikan pertimbangan untuk mengelola desa agar menjadi desa mandiri pangan dan secara ekologis berkenjutan.
Implementasi dari Dana Nusantara serta pengembangan Desa Nusantara bisa dilihat:
1. Komunitas lokal yang mendapat sokongan dari Dana Nusantara memeperoleh kesempatan untuk mengelola potensi atau sumber daya alamnya secara berkelanjutan
2. Komunitas lokal yang berpartisipasi diajak mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi atas pengelolaan sumber daya alam yang ada dengan lebih bertanggungjawab. Dari sini terbentuk kesadaran menjaga lingkungan hidup.
3. Menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi dampak negatif lingkungan. Dengan sistem pengelolaan desa secara berkelanjutan, hasil yang diharapkan bisa mengurangi dampak negatif tersebut misalnya dengan menjadikan limbah makanan menjadi pupuk kompos untuk tanaman.
4. Meningkatkan kesejahteraan dan dukungan dari berbagai pihak. Walhi bekerja untuk memastikan tingkat kesejahteraan komunitas, hal ini dilakukan dengan melibatkan komunitas lokal dalam pengembangan ekonomi dan sumber daya. Implmentasi Dana Nusantara di Desa Nusantara diharapkan bakal meningkatkan pula tingkat partisipasi dan dukungan dari berbagai pihak seperti masyarakat, swasta, dan pemerintah