Halaman
Senin, 24 Oktober 2022
Penerapan Transisi Energi Untuk Kurangi Polusi, Indonesia Sudah Siapkah?
Senin, 10 Oktober 2022
Hijaukan Bumi Lindungi Alam dari Selimut Polusi
Cerita dari Orang Baik: Mbah Sadiman Hijaukan Lereng Lawu yang Tandus Lagi Kering Kerontang
Ada kalanya seseorang melakukan hal yang dianggap nyeleneh, tak biasa, bahkan dianggap wagu oleh orang lain di sekitarnya. Namun nyatanya, hal-hal aneh itu justru mendatangkan manfaat yang sangat besar di kemudian hari. Demikian halnya apa yang dilakukan Mbah Sadiman. Sosok yang saat ini sudah memasuki usia senja itu bertahun-tahun yang lalu kerap dicemooh lantaran melakukan hal gila. ya hal gila. bahkan dirinya dianggap sudah gila oleh warga sekitar. Apa pasal? Mbah Sadiman ini puluhan tahun lalu secara konsisten menanam bibit beringin pada lahan yang gersang dan tandus.
Mbah Sadiman. Foto: Yours Movie/YouTube |
Cerita bermula di tahun 1964 ketika Gunung Lawu mengalami kebakaran yang luar biasa. Si Jago merah dengan rakusnya melahap apa saja yang ia lewati, termasuk hutan belukar di lereng Gunung Lawu. Alhasil, kawasan yang dilahap si jago merah tersebut lambat laun berubah menjadi kawasan tandus, apalagi di musim kemarau. Sudah kering, gersang, tak subur, jarang hujan pula. Di musim kemarau warga pun kesulitan mencari air untuk dikonsumsi (krisis air).
Di tahun 1966, Mbah Sadiman mulai menanam bibit pohon beringin. Pohon dengan nama ilmiah Ficus benjamina tersebut konsisten ditanam di lahan yang tandus. Mbah Sadiman melakukan hal itu seorang diri. Ya seorang diri. Tidak ada yang menemani atau membersamai Mbah Sadiman melakukan aktivitas menanam bibit beringin.
Mbah Sadiman pernah diolok gila karena setiap hari menanam bibit beringin. Kegiatan tersebut dianggap tak berfaedah. Di saat warga sibuk menanam tanaman pangan, Mbah Sadiman justru menanam beringin. Sungguh aneh, pikir warga. Lagi pula di masa itu, pohon beringin dianggap wingit dan sarang demit. Itulah mengapa masyarakat di sana tidak respek ketika Mbah Sadiman menanam beringin.
Berpuluh tahun pun berlalu, pria kelahiran Wonogiri tahun 1954 memetik hasil peluhnya. Pada tahun 2016, sekitar 20.000 beringin tumbuh melingkari kawasan Hutan Gendol. Kawasan yang tadinya mengalami krisis air dan rawan kekeringan kini berubah menjadi kawasan dengan persediaan air yang melimpah.
Mbah Sadiman beroleh penghargaan Kick Andy Heroes 2016. |
Atas dedikasi dan konsistensinya dalam melakukan konservasi dan penghijauan, sejumlah penghargaan diberikan kepada Mbah Sadiman. Salah satu penghargaan tersebut adalah Tokoh Inspiratif Reksa Utama Anindha (Penjaga Bumi yang Penuh Kebijakan) dari BNPB.
Beringin. Pohon beragam manfaat. Sumber gambar www.theoriginalgarden.com |
Beringin, bagi sebagian masyarakat Indonesia yang percaya akan mitos-mitos, tanaman ini masih dianggap sebagai pohon yang memiliki banyak penunggu tak kasat mata atau pohon keramat. Faktanya pohon ini mampu menyimpan cadangan air dalam jumlah besar. Air hujan yang turun begitu deras dan bisa menyebabkan banjir diserap dan disimpan oleh perakaran beringin. Keren banget sih manfaat si pohon yang dianggap wingit ini. Selain itu, manfaat lainnya dari pohon beringin adalah menyerap karbondioksida dan polutan yang berasal dari emisi kendaraan bermotor.
Hutan dan Sejuta Manfaatnya untuk Alam dan Manusia
Dari cerita Mbah Sadiman di atas kita jadi mengetahui bahwasanya hutan yang terbakar dan gundul menyebabkan daerah di sekitarnya mengalami krisis air. Hutan memiliki berjuta manfaat bagi kehidupan. Hutan mampu menyimpan cadangan air sekaligus penyaring udara (menjaga alam dari selimut polusi). Itulah mengapa ada istilah hutan sebagai paru-paru dunia. Berbagai jenis tanaman ada di hutan. Dalam jumlah besar tanaman yang lebat mampu menyerap polutan yang dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor, asap pabrik, dan sejenisnya. Di antara hutan warisan dunia yang berkontribusi terhadap emisi adalah Hutan Hujan Sumatera, Taman Kinabalu di Borneo Malaysia, dan Blue Mountains di Australia (sumber: kompas.com).
Hutan sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Yups, pohon dapat menyerap CO2 (karbondioksida) serta mengubahnya menjadi kayu. Karbon yang terserap ini akan tetap terikat selama ratusan bahkan hingga ribuan tahun. Inilah bagian penting fungsi hutan dari sistem iklim bumi. Secara sederhana pohon yang tumbuh subur akan menjadi penyerap karbondioksida dari permukaan atmosfir bumi serta menyimpannya di dalam daun, akar, dan tanah hutan. Dapat disimpulkan melalui ini, hutan mampu menjadi garda terdepan dan mampu melindungi alam dari krisis iklim dan ancaman perubahan iklim.
10 hutan Warisan Dunia penghasil karbon:
1. Hutan Hujan Tropis Sumatera, Indonesia
2. Cagar Biosfer Río Plátano, Honduras
3. Taman Nasional Yosemite, AS
4. Taman Perdamaian Internasional Gletser Waterton, Kanada/AS
5. Pegunungan Barberton Makhonjwa, Afrika Selatan
6. Taman Kinabalu, Malaysia
7. Cekungan Uvs Nuur, Federasi Rusia/Mongolia
8. Taman Nasional Grand Canyon, AS
9. Area Greater Blue Mountains, Australia
10. Taman Nasional Morne Trois Pitons, Dominika
Ancaman Polusi dan Perubahan Iklim
Penebangan hutan dalam skala masif dapat berefek pada banyak hal. Dua di antaranya ancaman polusi dan perubahan iklim. Hutan melindungi bumi ini dari bahaya selimut polusi yang dihasilkan oleh beragam aktivitas manusia
Definisi polusi. Menurut Ainnudin dan Widyawati (2017), pencemaran adalah suatu kondisi yang mengubah dari bentuk awal ke keadaan yang lebih buruk. Perubahan yang terjadi lebih buruk ini sebagai akibat dari adanya bahan-bahan pencemar yang masuk. Bahan pencemar tersebut memiliki sifat racun (toksik) yang dapat membahayakan organisme hidup di sekitarnya. Sifat racun inilah yang menjadi penyebab pencemaran. Secara sederhana, pengertian polusi yaitu adanya suatu zat atau materi yang masuk ke dalam lingkungan sehingga menyebabkan lingkungan menjadi tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Definisi perubahan iklim. Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Kerangka Kerja Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC) mendefinisikan Perubahan iklim sebagai gejala atau fenomena disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga mengubah komposisi dari atmosfer global dan variabilitas iklim alami pada perioda waktu yang dapat diperbandingkan. Komposisi atmosfer global yang dimaksud adalah komposisi material atmosfer bumi berupa Gas Rumah Kaca (GRK) yang di antaranya, terdiri dari Karbon Dioksida, Metana, Nitrogen, dan sebagainya.
Perubahan iklim bisa diukur dalam bentuk statistik melalui International Panel on Climate Change. Salah satu dampak perubahan iklim adalah bencana alam yang terkait dengan peningkatan suhu bumi. Data NASA dan NOAA menunjukkan bahwa rata-rata suhu global pada 2016 adalah 1,78 derajat fahrenheit (0,99 derajat celcius), lebih hangat daripada rata-rata suhu bumi saat pertengahan abad ke-20.
Kebakaran hutan dan lahan serta berbagai polusi udara yang mencemari lingkungan memberikan pengaruh terhadap kenaikan suhu bumi dan perubahan iklim. Tahun 2019 misalnya, dampak dari El Nino menyebabkan pergerakan arus panas dari Asutralia ke Indonesia. Pada tahun tersebut, beberapa kawasan di Indonesia mengalami kebakaran hebat. Kebakaran ini sebenarnya bukan karena faktor iklim seperti El Nino saja, tetapi juga aktivitas manusia (menebangi hutan dan mengubahnya lahan menjadi kawasan industri). Secara ringkas, hutan ditebang untuk industri, polusi dari asap industri membuat aktivitas gas rumah kaca semakin meningkat sehingga berpengaruh terhadap perubahan iklim.
Kontribusi Kita untuk Lindungi Bumi
Sangat salut atas jerih payah dan perjuangan Mbah Sadiman hijaukan bumi di Lereng Gunung Lawu. Kita pun bisa berkontribusi seperti Mbah Sadiman dengan cara sederhana dan aksi kecil yang bisa kita lakukan. Karena sekecil apapun langkah yang kita ambil, kalau dilakukan secara bersama-sama dan terus menerus akan besar dampaknya (Time Up For Impact).
Contoh sederhana atau aksi kecil yang bisa kita lakukan untuk lindungi bumi dari polusi dan ancaman perubahan iklim: menanam tanaman penyerap karbon seperti Bunga Lili, Sirih Belanda, Palem kuning, dan tanaman lainnya di sekitar rumah. Sebenarnya tidak harus tanaman yang saya sebutkan sih. Itu hanya contoh. Rumah yang pekarangannya dipenuhi tanaman hias saja kelihatan asri, segar, dan bebas dari udara toksik, kan? Aksi selanjutnya berkontribusi langsung pada proyek tanam pohon (biasanya ini dilakukan secara masal dan melibatkan komunitas tertentu). Jika tidak bisa terlibat langsung di project tanam pohon, cara yang paling mudah adalah donasi pohon secara digital. Mungkin kamu bisa berkontribusi dengan cara-cara yang lain. #SelimutPolusi #MudaMudiBumi #UntukmuBumiku #TeamUpForImpact.
Kalau semisal saya memiliki kesempatan membuat kebijakan untuk mengurangi polusi untuk mengatasi perubahan iklim saya akan berfokus pada penghijauan, moratorium sawit, transisi energi menuju energi yang lebih ramah lingkungan serta mengurangi mobilitas penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil menjadi kendaraan listrik. Demikian. Terima kasih sudah membaca.