Ternyata saya ini termasuk orang yang suka banget mendengarkan musik sembari menjalankan aktivitas. Kamu juga gitu gak sih? Saat mengerjakan tugas, selalu ditemani musik. Saat bersantai sembari ngeteh atau ngopi pasti nyetel playlist. Bahkan ke kampus atau ke manapun selalu bawa earphone, supaya pas jam kuliah berakhir dan memasuki masa istirahat saya bisa mendengarkan lagu.
Pernah kejadian saya lupa membawa earphone Saat di kereta api dari Jogja menuju Jakarta, sumpah bete banget. Setidaknya Saat itu jika saya membawa earphone, saya bisa membaca ebook favorit saya dan alunan lagu Spotify. Musik juga mampu mengusir suntuk.
Mendengarkan musik atau lagu saat momen-momen tertentu atau menunggu seseorang bisa menjadi pilihan. Kita juga pernah kan pastinya pas galau atau patah hati, mendengarkan lagu melow hihihi. Tapi jujur hati jadi plong sih saat ada penyaluran rasa sedih sih. Ya gak gaes?
Mungkin juga ini pengaruh orangtua, lingkungan, dan kebiasaan masa kecil saya kali ya? Sebagai generasi 90an sejak kecil telinga sudah dikenalkan lagu anak-anak. Bandingkan masa sekarang, lagu anak-anak sudah jarang diproduksi oleh label musik. Banyakan di youtube yang saya temukan adalah ciptaan kreatornya sendiri. Tapi gak apa gaes, yang penting masih ada lagu untuk anak-anak yang fungsinya gak hanya sebagai media hiburan tetapi juga edukasi.
Akan ada lagu baru yang tercipta setiap waktu. Kalau dihitung-hitung mungkin sudah ada puluhan juta lagu kali ya sejak pertama kali lagu itu tercipta, bahkan mungkin lebih. Di spotify aja jumlah lagu digitalnya sudah tercatat lebih dari 70 juta (sumber: Wikipedia). Wah banyak banget ya ternyata.
Menurut catatan sejarah, bangsa Sumeria adalah yang menciptakan lagu untuk pertama kalinya melalui Hymn to Creation. Diperkirakan sekitar 4.000 tahun yang lalu. Adapun bahasa yang digunakan adalah bahasa Cuneiform. Selanjutnya bangsa Yunani yang menciptakan nada, simbol, hingga notasi musik pertama di dunia. Berkat penemuan notasi musik, berkembangnya lagu-lagu dengan berbagai nada, lirik, serta genre hingga dikenal seperti sekarang ini.
Di Indonesia, lagu tidak hanya sebagai sarana edukasi, ekspresi diri, atau sekadar hiburan. Ada juga yang menjadikannya sebagai sarana upacara atau ritual yang lewat dengan kepercayaan suatu masyarakat. Di Marapu Sumbawa misalnya, nyanyian bisa menjadi sarana untuk memanggil atau mengiringi kepergian roh-roh.
Kamu percaya gak dengan mendengar sebuah lagu, kamu juga bisa berdonasi? Ya bisa dong pastinya, kan masyarakat kita itu kreatif. Beberapa waktu yang lalu rilis lagu DENGAR ALAM BERNYANYI. Lagu ini karya Trio Laleilmanino (Anindyo Baskoro, Ilman Ibrahim, dan Arya Aditya Ramadhya. Lagu ini bisa didengarkan di platform musik kesayangan kamu seperti Spotify, Joox, YouTube Music, dan lain-lain. Dengan mendengarkan lagu Dengar Alam Bernyanyi itu artinya kamu bisa turut berdonasi sebab sebagian royalti lagu ini digunakan untuk konservasi dan restorasi hutan adat di Kalimantan. Wah keren banget idenya! I really appreciate it!
Anyway, lagu Dengar Alam Bernyanyi menjadi official theme sang Y20 lho. Apa itu Y20? Y20 merupakan bagian dari presidensi Grup 20 (G20) yang mengajak generasi muda dan negara-negara yang terlibat untuk berdialog dan fokus pada 4 isu prioritas seperti ketenagakerjaan pemuda, transformasi digital, planet berkelanjutan dan layak huni, serta, keberagamam dan ikuti.
Ada yang penasaran dengan lirik lagu Dengar Alam Bernyanyi?
Lagunya enak banget didengar. Apalagi saat traveling. Nuansanya bikin healing gak sih? Sebagai bagian dari #ecobloggersquad saya excited banget ketika menuliskan artikel mengenai lagu Dengar Alam Bernyanyi. Semoga bermanfaat dan semakin banyak yang tahu serta mendengarkan lagu Dengar Alam Bernyanyi. Kapan lagi lho bisa berdonasi sembari dengerin lagu?
Healing dan traveling sambil dengerin Dengar alam Bernyanyi seru juga |