Pernah suatu ketika seorang bapak yang pekerjaannya sebagai pengangkut sampah datang ke kompleks kosan saya. Si bapak memungut sampah-sampah dari kosan satu ke kosan yang lain. Nah di suatu sudut, tampak sampah yang menggunung dengan bau yang menyengat dan lalat di mana-mana. Bapak tersebut memungut sampah dengan cekatan. Tiba-tiba, beberapa kresek sampah jatuh, botol-botol plastik kemasan berserakan. Menggelinding menyentuh aspal. Sedangkan kresek satunya berukuran agak besar, berisikan styrofoam, plastik pembungkus snack, nasi, serta tulang ayam dan ikan jatuh berceceran. Plus kuahnya yang busuk dan menyengat. Tanpa mengeluh bapak tersebut memunguti botol-botol minuman kemasan beserta sampah makanan yang bercecerah di bak mobil pengangkut sampah.
Satu minggu sebelumnya, memang ada gaduh-gaduh di kosan sebelah. Sepertinya lagi ada yang merayakan ultah, pesta, atau apa saya kurang mengerti. Saya tak menyangka kalau sampahnya bakalan menggunung sebanyak dan sebau itu. Sebenarnya saya cukup terganggu dengan pemandangan yang tidak mengenakkan mata plus bau yang menyengat ketika kebetulan melewati jalan di kosan sebelah.
Sampah menjadi masalah kita bersama. Apapun yang kita konsumsi pasti menghasilkan sampah dan limbah. Urusan sampah ini juga patut menjadi perhatian. Paling tidak kita bisa meminimalisasi sampah yang kita konsumsi atau melakukan daur ulang limbah.
Wakil Menteri KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) Alue Dohong menyampaikan bahwasanya bahwa sampah menjadi salah satu sumber yang menyebabkan kondisi lingkungan menjadi turun kualitasnya, bukan hanya masalah estetika saja, tetapi sampah juga berkontribusi pada emisi gas rumah kaca yang berbahaya bagi kerusakan atmosfer dan memberikan dampak buruk bagi kehidupan bermasyarakat.
Tahukah kamu bahwa ada cerita yang menyedihkan di balik peringatan Hari Sampah Nasional yang jatuh pada tanggal 21 Februari? Mungkin sebagian dari kamu tidak menyadari ada sejarah yang memilukan di balik peristiwa tersebut.
Semua berawal di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Leuwigajah (Cimahi) pada 21 Februari 2005. Terjadi longsoran gundukan sampah yang meratakan dua desa di kawasan tersebut dan merenggut nyawa 157 korban jiwa. Dini hari sekitar pukul dua malam, terdengar letusan menggelegar dari TPA disertai longsoran yang memuluhlantakkan sekaligus menimbun 2 pemukiman yakni Kampung Cilimus dan Kampung Pojok. Perlu diketahui bahwa jarak antara pemukiman dan TPA adalah sejauh 1 kilometer dan longsoran sampah setinggi 60 meter itu langsung menyapu dua pemukiman warga tersebut. Hujan deras menjadi pemicu longsornya gundukan sampah di area TPA. Selain itu, dugaan gas metana dalam gunungan sampah meledak memicu bunyi keras menggelegar di pagi buta.
Selain memakan korban jiwa dan melenyapkan dua pemukiman dari peta, TPA Leuwigajah akhirnya tidak bisa beroperasi. Padahal TPA ini menjadi tempat pembuangan sampah terbesar di kawasan Kota Bandung. Karena mandegnya aktivitas pembuangan sampah, akibatnya sampah menumpuk di Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS). Tak berselang lama, tumpukan sampah menjadi masalah yang mengganggu di kawasan Kota Bandung.
Mengkaji permasalahan dan demi mengenang peristiwa tersebut, pemerintah akhirnya menetapkan setiap tanggal 21 Februari menjadi Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN). Sampah bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah, tetapi kita bersama yang berkontribusi terhadap sampah yang ada.
Lantas apa hubungannya sampah dengan kerusakan lingkungan dan perubahan iklim? Di timbunan sampah yang tempatnya luas seperti di TPA, bagian paling dasar adalah yang paling pertama mengalami pembusukan. Saat itulah terbentuk gas metana. Gas metana ini sewaktu-waktu bisa meledak jika ada api atau panas yang memicu pembakaran. Gas metana juga merupakan golongan gas yang bisa merusak lapisan ozon sekaligus berdampak pada perubahan iklim. Berdasarkan data National Plastic Action Partnership, Indonesia menghasilkan 6,8 juta ton sampah plastik dan sekitar 9% atau 620 ribu ton sampah dibuang atau mengalir di sungai, danau, dan laut.
Sangat menyedihkan jika sampah botol plastik terbawa aliran sungai hingga ke laut, menyebabkan biota laut terkontaminasi sampah plastik. Saya masih ingat kura-kura yang tubuhnya menyempit akibat terlilit plastik serta burung laut yang mati dan ketika dibedah, lambungnya berisi berbagai macam sampah. Menyedihkan ya. Semoga hal itu tidak terulang lagi.
Berikut langkah sederhana yang bisa saya lakukan untuk meminimalisasi sampah sekaligus membuat bumi tetap lestari:
1. Menggunakan totebag setiap akan berbelanja. Saya punya totebag yang cuku banyak dan ini bisa saya manfaatkan untuk mengurangi plastik kresek yang dijadikan pembungkus barang belanjaan.
2. Membawa tumbler sebagai pengganti minuman botol kemasan di setiap aktivitas saya. Adik saya sekarang kalau sekolah juga membawa tumbler. Menurut saya ini lebih praktis ketimbang beli minuman kemasan di kantin sekolah. Bisa menghemat uang jajan juga. Selain membawa tumbler, bawa kotak bekal makan siang sendiri juga salah satu langkah kecil untuk mengurangi sampah makanan.
3. Menghabiskan makanan jangan sampai menyisakan sampah. Bayangkan kita menyisakan 1 gram nasi dikalikan 30 juta penduduk sudah berapa tuh sampah sisa makanan yang dihasilkan. Alangkah baiknya jika ada makanan yang tersaji, kita habiskan. Kecuali tulang-menulang dan duri-durian ikan tentu bisa kita sisihkan. Karena di rumah memelihara ayam, maka tulang-tulang dan sampah makanan lainnya yang tidak bisa dicerna lambung, dikasihkan sebagai pakan ayam.
Saya juga telah berhasil menyelesaikan challenge dari TEAM U FOR IMPACT EVERYDAY sebagai bentuk kepedulian saya pada lingkungan dan berkontribusi untuk membuat bumi ini tetap lestari. Saya sudah mempostingnya di akun instagram saya.
Challenge di Team U For Impact ini ada bermacam-macam, 3 di antaranya:
1. Tidak membeli makanan dan minuman kemasan
2. Tidak Menghasilkan sampah makanan
3. Tidak menyalakan TV
Dari ketiganya saya pilih challenge poin satu dan dua.
Yuk join bersama di teamuforimpact.org dan lalukan aksi nyata peduli lingkungan agar bumi kian lestari. Seperti tertulis di website teamuforimpact.org, melakukan aksi sederhana serentak bersama-sama akan besar dampaknya.