Halaman

Jumat, 26 November 2021

Self Love, Self Care, dan Self Reward dengan Menghadiahi Produk Perawatan Kulit Terbaik Scarlett Whitening Perfect Coffee Edition

Gak berasa ya sudah menjelang akhir tahun, Beauties. Sudah dua tahun ini kita terdampak pandemi Covid-19. Yang semula sekolah atau kuliah tatap muka, mendadak mengikuti pembelajaran daring. Yang semula bekerja kantoran, kini terbiasa bekerja dari rumah (Work From Home) atau dengan menjadi remote worker (jika jarak kantor dan rumah cukup jauh).

Saya awalnya gak membayangkan yang semula kerja kantoran kudu stay at home dan mengerjakan segala sesuatu dari rumah. Juga yang semula haha hihi cekikikan di kantin pas jam istirahat sekaligus bisa guyonan bareng teman, sekarang kudu mantengin laptop mendengarkan dosen atau guru ngasih materi via Zoom atau Google Meet. Remote worker dan pembelajar daring menjadi tren tersendiri di era pandemi.

Dipikir di rumah terus bakalan enjoy dan have fun gitu? Ternyata kadang bisa bosan dan jenuh juga. Ya gimana gak boring sih? Akses ke tempat wisata benar-benar dibatasi, bahkan banyak yang ditutup demi menghindari kerumunan dan penularan virus Covid-19. Hiburan saya di rumah ya palingan baca ebook di Ipusnas, memasak, nonton Youtube atau Netflix, dan dengerin musik di Spotify. Yah setidaknya saya terselamatkan dari depresi, cemas, dan stress berkat adanya internet. Kalian gitu juga gak sih?

Survey mengenai kesehatan jiwa di masa pandemi yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) menyatakan bahwa terdapat 3 masalah gangguan psikologis yang dialami responden, yakni cemas, depresi, dan trauma psikologis. Sebanyak 68% responden mudah cemas, 67% mengalami depresi, dan 77% trauma psikologis. Saya kutip dari Kemenkes, pandemi Covid-19 menyebabkan angka kasus gangguan jiwa dan depresi di Indonesia naik sebesar 6,5%. Penyebabnya di antaranya, keterbatasan sosial karena terlalu lama tinggal di rumah dan kehilangan pekerjaan.

Gejala cemas akan masa depan yang tak pasti membuat munculnya rasa khawatir berlebih yang mengakibatkan gejala susah tidur, kehilangan motivasi, mudah baper, galau, kadang jengkel sendiri, lunturnya rasa percaya diri, dan lain sebagainya. Saya sendiri mengalaminya. Saya menjadi insomnia, tidak rileks, kehilangan minat akan sesuatu. Sebelum pandemi saya terbiasa hang out bareng teman-teman, ikut event blogger, ngopi di kafe (saya pecinta kopi anyway), bikin artikel di coworking space, ngunjungi spot wisata. Sekarang? Ya belum memungkinkan melakukan hal itu. Saking ruwetnya pikiran saya dan muncul gejala anxiety yang berlebihan, saya hiatus dulu dari ngeblog buat sementara (ini tentunya berbeda dengan kondisi saya di tahun 2019). Saya rehat sejenak. Sesekali saya posting artikel.

Saya perlu berbenah. Saya perlu membangkitkan moodbooster. Saya perlu mencharge jiwa saya agar energi damai dan bahagia kembali penuh. Saya perlu lebih banyak melakukan self care, self love, dan self reward untuk diri saya sendiri. 

Self love dan self care adalah dua hal yang berbeda. Self love menggambarkan bagaimana upaya kamu untuk lebih peduli pada kesehatan fisik dan mentalmu, misalnya dengan melakukan perawatan pada wajah (skincare), tubuh (bodycare), dan rambut (haircare). Self care untuk kesehatan jiwa bisa dilakukan dengan meditasi dan komtemplasi diiringi musik yang bikin rileks atau dengan berolahraga.
Adapun self love memiliki definisi bagaimana cara kita untuk menerima dan mencintai diri sendiri. Self love bisa ditunjukkan dengan bersikap lembut kepada diri sendiri, tegas menjauhi orang-orang toksik, menjalin dan menjalani hubungan yang sehat serta produktif, percaya diri untuk meraih impian, dan sebagainya. 

Memberi penghargaan atau apresiasi atas kerja keras yang kita capai adalah wujud dari self reward. Sesekali kita diri ini patut mendapatkan gift sebagai bentuk self love sekaligus self care. Mungkin kita lelah setelah seharian beraktivitas. Mungkin kita ingin sedikit berbahagia dan bebas dari kesedihan atau tekanan yang memicu kecemasan berlebih. Maka, belilah hadiah untuk diri sendiri sebagai self reward.
Sebagai apresiasi untuk diri, saya memberikan paket perawatan terbaik dari Scarlett. Siapa sih yang gak kenal Scarlett? Brand kecantikan lokal ini cukup menghentak karena berhasil menggaet aktor Song Jong Ki sebagai Star Ambassadornya. Kini, Scarlett mendapuk girlband Twice sebagai star ambassador terbaru. 

Scarlett Perfect Coffee Edition menjadi pilihan saya. Kenapa? Ada dua alasan. Pertama, saya bucin kopi. Kopi menemani saya dari mulai mengerjakan tugas kuliah, skripsi, bikin artikel, dan sebagainya. Kedua, saya cukup teracuni dengan review positif mengenai Scarlett Perfect Coffee Edition ini. Waduh bakalan seperti apa? Apakah bikin saya bucin seperti halnya bucin saya pada secangkir kopi? Mari kita coba…

Scarlett Whitening Body Scrub Coffee Edition
Ketika pertama kali segelnya kubuka, tercium harum kopi yang menggoda. Kok pengen diseduh, tapi ya gak mungkinlah ya. Canda kok. Jadi aroma kopinya terasa kuat. Bukan yang menyengat gitu. Kuat sekaligus lembut aromanya. Sekilas kayak es krim rasa kopi atau tiramisu gitu. Ngerti gak sih maksudnya. 

Aku tuh suka warna dan desain packagingnya. Warnanya cokelat. Gemes gitu. Dia kokoh. Bentuknya bundar. Memiliki netto 250 ml. Ketika dibuka ada segelnya. Gak usah kuatir isinya bakalan meluber, pasti aman kok. Nah di kemasan terdapat barcode yang nantinya kamu bisa tahu kode serial produk, juga menunjukkan bahwa produk yang saya miliki adalah original. 
Tekstur scrubnya sendiri menurut aku butirannya besar-besar, tapi lembut di kulit. Sangat membantu untuk proses exfoliasi. Dipakainya jangan sering-sering ya. Cukup seminggu dua atau tiga kali scrub. Cara memakainya sangatlah mudah. Tinggal balurkan scrub pada area tubuh yang kita inginkan, misal tangan atau kaki. Usap dengan lembut. Diamkan sekitar 2-3 menit supaya kandungan vitamin E-nya meresap dalam kulit. Terakhir tinggal bilas.

Scarlett Whitening Body Scrub Coffee ini Glutathione dan Vitamin E yang mampu menjaga kesehatan kulit kita. Produk ini memiliki beberapa manfaat di antaranya, mengangkat sel-sel kulit yang rusak, mengembalikan kelembaban tubuh, mencerahkan kulit, aroma kopinya bikin rileks, dan meningkatkan kadar hidrasi pada kulit.
Impresi saya saat saya pertama kali saya menggunakan Scarlett Whitening Body Scrub, SAYA LANGSUNG JATUH CINTA. Mendadak bucin gitu, baik sama kandungan, manfaat, tekstur, serta aroma kopinya. Kulit aku jadi cerahan dikit setelah pemakaian 4 minggu. Gak sia-sia deh self care dan self love menggunakan Scarlett Whitening Body Scrub ini. 

Scarlett Whitening Shower Scrub Coffee Edition
Jika tadi kita menemukan scrub yang butirannya agar besar untuk Scarlett Whitening Body Scrub Coffee Edition, pada produk Scarlett Whitening Shower Scrub Coffee, butirannya jauh lebih halus dan tentunya lembut di kulit.

Scarlett Whitening Shower Scrub Coffee Edition diperkaya dengan kandungan Vitamin E, Glutathione, Beads, dan Collagen. Menggunakan Scarlett Whitening Shower Scrub Coffee Edition setiap hari sangat bagus untuk merawat permukaan kulit kita. Butir-butir pada body scrub nantinya tersapu bersih setelah menggunakan shower scrub ini.  Jika kalian penasaran seperti apa teksturnya bisa diliat pada foto berikut ini.
Scarlett Whitening Shower Scrub Coffee Edition memiliki beberapa manfaat, beberapa di antaranya: 

1. Membersihkan scrub dan kotoran yang menempel di tubuh
2. Butiran scrubnya sangat bagus untuk mengeksfoliasi sel-sel kulit yang sudah mati. 
3. Memberikan sensasi halus dan lembut pada kulit
4. Mencerahkan kulit tubuh
5. Memberikan dan menjaga kelembaban kulit

Impresi saya setelah menggunakan Scarlett Whitening Shower Scrub Coffee Edition selama 4 minggu, kulit saya lebih halus dan lembut, serta tingkat kecerahan kulit saya naik satu tone. Aroma kopinya tentu saya suka dan masih menempel di kulit meski sudah dibilas. 
Scarlett Whitening Body Lotion Jolly
Setelah melakukan body scrub, kemudian dibilas dengan body shower, kurang afdhol rasanya kalau tidak pakai lotion. Masih di serial Coffee Edition, body lotion yang aku pakai bernama Scarlett Whitening Body Lotion Joly. Body lotion berwarna peach ini memiliki dupe dari YSL Black Opium. Aroma ini sekilas mirip dengan wangi parfum mewah Yves Saint Laurent Black Opium. 

Kemasannya berupa botol dengan pump sehingga mempermudah saat ingin menuangkan ke tangan atau bagian tubuh lainnya. Terdapat penjepit di bagian pumpnya sehingga lotion tidak meluber kemana-mana. Satu botol ukurannya 300 ml, dikemas dengan plastik transaran sehingga kita bisa melihat isi di dalamnya. 

Saya cukup menggunakan beberapa olesan di kulit dan itu cukup jika digunakan secara merata. Sekali lagi aromanya unik. Saya belum pernah merasakan sensasi dan aroma ini sebelumnya, jadi ketika pertama kali saya menuang lotion ke tangan, saya dibikin jatuh cinta sama aromanya. 
Scarlett Body Lotion Jolly memiliki kandungan Glutathione yang bermanfaat menangkal radikal bebas dan meregerasi kulit. Jika digunakan secara teratur setiap hari, kulit berasa menjadi lebih lembut, cerah, dan lembab. Niaciamide dan Kojic Acid membantu menutrisi sekaligus mencerahkan kulit. Wanginya bagi nampol dan nempel cukup lama di kulit.

Impresi saya setelah memakai Scarlett Body Lotion Jolly selama 3 minggu, kulit jadi terasa segar, kenyal, fresh, dan tentu saja semerbak wangi sepanjang hari. Wanginya bikin rileks kalau di saya. Secara tekstur terbilang lembut, gak lengket, dan cepat meresap di kulit.

Untuk mendapatkan 3 varian dari Series Scarlett Perfect Coffee Edition kamu bisa kunjungi Official Store Scarlett di Shopee dan berikut ini:


Boleh juga intip official instagram di @scarlett_whitening.

Salah satu self reward terbaik bagi diri saya sendiri adalah memberikan produk perawatan kulit terbaik dan pilihan saya jatuh pada Scarlett. Kamu bisa juga menghadiahi diri sendiri dengan produk apapun sebagai bentuk self care dan self love. Yuk bisikan cara kamu melakukan self love dan self care. Self reward seperti apa yang ingin kamu hadiahi ke diri sendiri. 

Kamis, 18 November 2021

Biofuel Sebagai Bahan Bakar Nabati untuk Masa Depan

Saya pernah berada di suatu masa ketika di kosan kehabisan gas, saya dan teman kos memutari daerah sekitar Depok (Sleman) hanya untuk mencari gas. Ternyata kami tidak sendiri, tetangga kosan juga mengalami hal yang sama. Hasilnya, kami pulang ke kosan dengan tangan kosong karena stok gas di mana-mana sudah habis. Kami harus menunggu kira-kira seminggu lagi untuk mendapatkan pasokan tabung gas baru. Untuk beberapa hari ke depan, kami tidak memasak di kosan, tetapi ngulineran di Burjo atau warung makan sekitar. 

Kita ini sangat bergantung bahkan ketergantungan pada energi fosil yang tentunya persediaannya semakin lama semakin menipis. Eksplorasi sumur minyak baru masihlah terus digalakkan, pertanyaannya, apakah nantinya bakal mencukupi kebutuhan untuk sektor rumah tangga dan industri, sedangkan permintaannya sangat tinggi, tapi persediaan kian hari kian berkurang. 

Maka dari itu diperlukan penelitian dan eksplorasi lebih lanjut mengenai alternatif energi baru dan terbarukan untuk masa depan. Sebenarnya ada banyak sumber alternatif untuk energi terbarukan, semisal energi panas bumi, energi bayu, energi mikrohidro, dan lain sebagainya. Selain itu ada juga yang namanya bio energy yang berasal dari tumbuhan atau lebih dikenal dengan istilah biofuel. Biofuel ini bisa digunakan sebagai alternatif Bahan Bakar Nabati (BBN) yang ramah lingkungan.

Pada kesempatan kali ini saya berkesempatan belajar dan diskusi mengenai BIOFUEL yang bisa menjadi alternatif energi baru dan terbarukan pada "Online Gathering Mengenal Lebih Jauh Tentang Biofuel" yang diselenggarakan berkat kerjasama Blogger Perempuan x Madani Berkelanjutan x Traction Energy Asia.

Dalam online gathering tersebut, turut mengundang Ricky Amukti selaku Engagement Manager Traction Energy Asia dan juga Kukuh Sembodho selaku Program Assistan Biofuel Yayasan Madani Berkelanjutan.

Sebenarnya apa sih Biofuel itu? Secara sederhana biofuel diartikan sebagai bahan bakar yang komponennya berasal dari tumbuhan (bahan nabati). Nah, ada beberapa jenis dari biofuel yakni bioetanol, biogas, dan biodiesel.

Mari saya jelaskan satu per satu: 

A) Bioetanol merupakan sumber energi alternatif dari tanaman berpati, misal gandum dan jagung.

B) Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari fermentasi kotoran hewan

C) Biodiesel dapat dikatakan sebagai bahan bakar pengganti BBM yang tentunya berasal minyak nabati.

Ketergantungan pada energi fosil yang cepat habis tanpa mencari alternatif pengganti bisa berakibat fatal, risikonya akan terjadi krisis energi. Krisis energi tengah dihadapi China. Dikuti dari CNBC pada Oktober 2021 setidaknya ada 20 propinsi yang mengalami kekurangan pasokan listrik. Karena tiadanya listrik ini, para pekerja pabrik diminta naik tangga jika sebelumnya menggunakan elevator. Selain itu, terjadi pemadaman listrik selama berhari-hari. Perlu diketahui bahwasanya di sektor energi, China masih menggunakan batubara sebagai energi untuk menjalankan PLTA. Batu bara menyumbang 70% ketersediaan listrik di China. 

Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia pun sama. Masih ketergantungan dengan bahan bakar dari energi kotor (batubara) untuk menghasilkan listrik di pelosok negeri. Maka dari itu, untuk mengantisipasi terjadinya krisis energi, diperlukan sumber energi alternatif seperti biofuel di atas.

Saat ini sawit layak dijadikan sebagai bahan bakar nabati pengganti BBM. Disamping karena produksinya yang melimpah dan ketersediaan lahan yang luas untuk sawit. Adapun pengembangan dan eksplorasi sawit (CPO) sebagai biofuel menjadi prioritas pemerintah melalui program Mandatory Biodiesel 20% atau B20. Selain B20, ada juga B30, dan seterusnya. 

Indonesia sudah memulai kebijakan Bahan Bakar Nabati Nasional dimulai di tahun 2006 yang kemudian dibuat roadmapnya pada tahun 2008. Tahun 2016 dibuatlah dokumen NDC (Nationally Determined Contribution) pertama di Indonesia. Dokumen NDC ini menjelaskan komitmen dan aksi iklim sebuah negara yang dikomunikasikan kepada dunia melalui UNCFF (United Nations Framework Convention on Climate Change).

Selain sawit, ada alternatif bahan bakar nabati lainnya yang bisa dikembangkan di Indonesia seperti jarak, kelapa, bunga matahari, dan sebagainya. 

Satu hal lagi, ternyata MINYAK JELANTAH, alias minyak bekas pakai buat menggoreng yang warnanya sudah hitam tak keruan itu bisa lho dimanfaatkan sebagai bahan biodiesel. Minyak jelantah memiliki potensi dan tantangan tersendiri untuk dijadikan sebagai bahan bakar nabati. Daripada terbuang sia-sia, minyak jelantah ini jika diolah bisa menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi. 

Biodiesel dari limbah jelantah adalah produk yang dapat digunakan untuk mengurangi porsi solar dalam bahan bakar mesin diesel, baik dalam sektor industri maupun sektor transportasi. Dalam studi yang dilakukan International Council on Clean Transportation (ICCT) bersama Koaksi Indonesia bulan September 2018 menyebutkan bahwa potensi produksi biodiesel dari limbah jelantah dapat mencapai 2.36 juta KL atau sekitar 84 persen dari produksi biodiesel nasional saat ini. Sayangnya, angka ini masih menjadi potensi dan belum dieksplorasi karena belum adanya kebijakan pendukung yang memadai (sumber: Coaction Indonesia).

Minyak jelantah. Sumber : kompas.com

Berdasarkan infografis yang saya dapat dari online gathering, minyak jelantah jika dikumpulkan dari sektor rumah tangga memiliki kapasitas sebanyak 1,6 juta kiloliter. Tantangan yang dihadapi dalam upaya mencari sumber bahan bakar nabati yang berasal dari minyak jelantah ini yakni ketersediaan bahan baku. teknologi pengolahan, biaya, dan juga investasi. 

Kesimpulan, saya pikir ada banyak sekali potensi bahan bakar nabati di sekitar kita, entah dari sawit, minyak jelantah, jarak, dan sebagainya. Tinggal bagaimana kita mampu memanfaatkan peluang sekaligus mengatasi tantangan/hambatan dalam berinovasi menemukan bahan bakar nabati untuk masa depan Indonesia.

Rabu, 20 Oktober 2021

Krisis Iklim di depan Mata, Kode Merah Bagi Kemanusiaan

Entahlah hanya perasaan saya semata atau memang begini keadaannya, saya merasakan kondisi cuaca yang tidak menentu. Kadang panas, kadang panas banget (sumuk gitu kalau orang Jawa bilang), terus kadang tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Waktu jaman SD, ketika liburan sekolah hobi saya membolang bersama teman-teman, dari pagi sampai siang. Hingga kulit jadi gelap, gosong. Sekarang, dengan kondisi cuaca yang tak menentu, keluar di siang hari saja sudah malas. Pengen gitu rasanya ngadem aja di ATM atau Indomaret hihihi.

Ternyata saya tak sendiri, beberapa warganet twitter juga merasakan hal yang sama. Mutual saya di twitter pernah ngetwit gini kira-kira, "ini cuaca kok panas banget, tapi gak hujan." Teman-teman yang kebetulan baca blog saya ini juga merasakan hal kayak gini enggak sih?

Terus selain panas ya, banjir rob bisa tiba-tiba menghadang. Karena keluarga saya tinggal di pesisir Pantai Utara Jawa, kami sekeluarga merasakan dampaknya. Jika hujan deras turun tiba-tiba, banjir bisa masuk rumah. Kondisi ini cukup memprihatinkan sebab wilayah kami tinggal ada di perkotaan, bukan yang dekat pantai gitu. Bagaimana ya masyarakat yang tinggal dekat pantai?

Sepekan lalu saya dan komunitas Eco Blogger Squad berkesempatan mengikuti zoominar yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan dan Madani Berkelanjutan. Adapun tema acara tersebut adalah "Bumi Semakin Panas, Kode Merah Untuk Kemanusiaan." Woow judulnya, cukup questionable ya pemirsa. Saya jadi penasaran ada apa dengan bumi kita? Apakah bumi sedang tidak baik-baik saja? Langkah apa yang bisa kita lakukan untuk bumi kita ini?

Kak Anggi selaku Knowledge Manager Madani Berkelanjutan menjelaskan kenapa bumi makin panas dengan kondisi cuaca yang tidak menentu. Sebuah organisasi di bawah naungan PBB bernama IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) merilis laporan bahwa bumi kita saat ini sedang mengalami apa yang disebut dengan istilah perubahan iklim. Perubahan iklim membuat cuaca tidak menentu. Kadang panas banget atau belum memasuki musim penghujan, eh tiba-tiba turun hujan deras, banjir menenggelamkan satu wilayah (padahal tahun-tahun sebelumnya hal tersebut tidak terjadi), es di kutub mulai mencair, kekeringan di bumi belahan yang lain, dan masih cukup banyak jika kita kulik satu persatu.

Makanya kondisi ini menjadi kode merah untuk kemanusian. Kode merah untuk kita semua. Kode merah yang harus segera dicari solusinya. 

Diperkirakan pada awal 2030 nanti suhu bumi akan naik sebesar 1,5 derajat celcius. Jika kita tak segera bergegas untuk menurunkan emisi karbon, maka kenaikan sebesar 1,5 derajat celcius ini berpengaruh pada kondisi iklim dan cuaca. Bayangkan petani tak bisa memanen hasil kebun karena kemarau panjang tak jua berakhir atau nelayan tak bisa melaut karena kondisi cuaca yang buruk terus-menerus. Intinya kita semua akan menghadapi cuaca yang cukup ekstrim.
Penggunaan bahan bakar fosil untuk industri dan transportasi menimbulkan emisi karbon yang cukup besar, Akumulasi dari karbon ini bisa mengakibatkan efek rumah kaca. Jika hutan-hutan penyerap emisi karbon menghilang karena ditebang dan lain sebagainya, maka ancaman krisis iklim semakin di depan mata, kode merah untuk kemanusiaan.
Beberapa rekomendasi yang diberikan oleh Madani Berkelanjutan dari zoominar yang saya ikuti di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Segera alihkan penggunaan bahan bakar dari fosil ke energi terbarukan. Saya pikir ini merupakan langkah yang baik. Semoga ke depan semakin tercipta sumber-sumber energi bersih yang tentu saja ramah lingkungan, harganya terjangkau dan bisa diakses semua orang.

2. Mengurangi laju deforestasi. Alih fungsi lahan dan hutan menjadi kawasan industri atau tambang serta karhutla menjadi ancaman hutan Indonesia. Kamu bisa mendukung aksi reforestasi hutan Indonesia dengan ikutan donasi tanam atau adopsi pohon. Ini setidaknya langkah kecil yang bisa kita lakukan.

3. Rehabilitas, restorasi, dan konservasi ekosistem alam, misal gambut dan mangrove.

4. Adaptasi terutama untuk kelompok rentan

5. Mencapai emisi bersih (nol) pada tahun 2050.

Kalau cara sederhana yang bisa saya lakukan saat ini adalah menghemat energi dengan menyalakan lampu sesuai kebutuhan, tak lupa mematikannya di malam hari. Saya terbiasa menggunakan kendaraan umum, jika berbelanja di minimarket saya menggunakan sepeda. Gunakan totebag alih-alih menenteng plastik kresek ketika berbelanja. Sampah plastik yang menumpuk di TPA akan lama terurai dan menimbulkan gas metana yang mudah terbakar. Meski terbilang aksi kecil, semoga langkah ini menjadi solusi bagi masyarakat awam dalam menghadapi krisis iklim yang mengancam masa depan umat manusia.

Kamis, 02 September 2021

Ngeblog dari Rumah: Tetap Beraktivitas Seru dan Produktif Meski Pandemi Sekalipun

Ngeblog dari Kampus (2018): Tetap Have Fun Sembari Mengerjakan Skripsi 

Saya terhitung ngeblog sejak duduk di bangku kuliah (tahun 2015). Blog saya awalnya berisi curhatan patah hati dan fallin in love with people we cant have anak kuliah dan lika-likunya. Tentu saja blog saya waktu itu belum masuk kategori Top Level Domain (TLD) alias masih web 2.0. Saya kadang geli membayangkan blog saya waktu itu karena masih bawa template bawaan dari Blogger (Blogspot) dan terdapat widget lumba-lumba berkelap-kelip yang melayang-layang mengikuti ke manapun pergerakan kursor. Kalau dipikir agak alay juga ya.

Seiring berjalannya waktu saya bergabung ke beberapa komunitas blogger, mulai dari Komunitas Blogger Jogja (KBJ), Komunitas Emak Blogger (KEB), Blogger Perempuan (BP), Warung Blogger, Blogger Crony, hingga Eco Blogger Squad (EBS). Tulisan di blog saya yang awalnya hanya berupa curhat galau enggak jelas, seiring berjalannya waktu, sedikit demi sedikit saya mulai berbenah. Saya mencoba menulis beragam tema seperti traveling, review film, review buku, mengulas aplikasi/gawai, dan sebagainya. Saya mengikuti berbagai kompetisi blog. Hingga pada tahun 2018 saya memonetisasi tidak hanya blog, tetapi juga media sosial saya. Kebetulan tahun 2018 saya juga sedang mengerjakan skripsi. Jadi saya ngeblog buat have fun plus mengumpulkan pundi-pundi rejeki, sekaligus nyekripsi.

Menjadi blogger cukup menyenangkan bagi saya. Saya mendapat privilege sebagai digital content creator, misal bisa menginap bahkan menikmati makanan hotel secara cuma-cuma, berkesempatan meliput event lokal/nasional dan dibayar, dapat goodie bag dari beragam sponsor, diundang ke acara soft/grand launching suatu produk, traveling gratis, dan masih banyak lagi.

Di kampus, sembari merampungkan bab demi bab skripsi, saya sekaligus mengerjakan job menulis, kadang ikut campaign suatu produk/acara. Kalau tidak ngeblog, mungkin saya hanya akan menjadi mahasiswa rata-rata pada umumnya. Dari menulis saya punya pendapatan untuk membiayai wisuda saya (mulai dari make up dan membeli segala printilan wisuda). Saya tidak meminta sepeser pun dari orangtua.

Tahun 2018 adalah tahun hectic-nya saya dengan tugas akhir. Meskipun demikian saya masih berkesempatan mengikuti acara-acara keren seperti Asian Games 2018 (campaign), Asian Para Games 2018 (campaign), dan menghadiri beberapa festival budaya lokal, salah satunya "Wayang Jogja Night Carnival." 

Wayang Jogja Night Carnival 2018. Dokumentasi pribadi.
Liputan Asian Para Games 2018. Dokumentasi pribadi
Ngeblog dari Kafe hingga Coworking Space (2019): Blogging Mempertemukan Saya dengan Pak Menteri

Setahun berlalu. Kini saya sudah tak menyandang status mahasiswa lagi. Saya sudah tak bisa mengakses fasilitas gratis dari kampus, wifi misalnya. Namun demikian, saya merasa lebih leluasa untuk terus produktif menulis. Kadang saya mendapat barter tulisan dengan produk dari sponsor atau satu artikel dihargai setara dengan uang beasiswa saya selama sebulan. Selain itu saya lebih banyak berkesempatan mengikuti berbagai kompetisi. Bisa traveling atau dapat gadget gratis dari menulis, kenapa tidak?

Untuk meningkatkan mood selama menulis, saya sering berpindah-pindah lokasi ketika ngeblog. Mood boster banget menemukan venue yang menenangkan jiwa dengan alunan musik lembut ditambah wifi yang ngebut. Maka dari itu kafe dan coworking space menjadi pilihan. Kafe yang biasa saya kunjungi ya yang lokasinya tak jauh dari kampus. Sedangkan coworking space favorit saya jatuh pada Jogja Digital Valley (JDV) kalau tidak ya Loop Station Yogyakarta. 

Jogja Digital Valley, tempatnya cozy banget, wifinya lumayan kenceng, ada kafenya, dan yang terpenting akses masuknya gratis bagi para member. Asyiklah pokoknya buat nongkrong para digital enthusiast kayak animator, game asset creator, software developer, blogger, dan sejenisnya. Setiap bulan Jogja Digital Valley selalu ngadain event-event terkait teknologi dan digital. Saya kerasan banget di sini dari pagi hingga sore, banyak cowok kece soalnya, uhuk.

Ketika saya sedang scrolling instagram, ekor mata saya melirik event "Anugerah Pewarta Wisata Indonesia (APWI) 2019." Kementerian Pariwisata (sekarang Kemenparekraf) mengadakan apresiasi buat jurnalis media (radio, televisi, cetak, elektronik) dan juga blogger untuk membuat video/artikel dengan tema "Milennial Tourism" dan "Destinasi Wisata Superprioritas."

Saya pun tertarik berpartisipasi. Then, saya membuat tulisan mengenai dalang milenial dan Wayang Ukur pada pagelaran "Jogja Cross Culture 2019." Singkat cerita, artikel saya terpilih menjadi salah satu juara dan saya berkesempatan untuk hadir pada penganugerahan APWI 2019 bertempat di Gedung Kementerian Pariwisata di Jakarta. Saya bertemu dan berbincang dengan orang-orang keren di sana sekaligus berfoto dengan Menteri Pariwisata, Pak Arief Yahya. At the time i was very proud of myself
Saya dan Menteri Pariwisata 2019. Dokumentasi pribadi
Anugerah Pewarta Wisata Indonesia 2019. Dokumentasi pribadi
Ngeblog dari Rumah (2020 dan 2021): Tetap Beraktivitas Seru dan Produktif Meski Pandemi Sekalipun

Saya masih ingat di awal 2020 ketika coronavirus dianggap sebagai lelucon, bahkan muncul banyak jokes yang menganggap bahwa virus ini tidaklah berbahaya, hanya seperti virus influensa biasa. Nyatanya, virus ini berdampak sangat luas, dari epidemi menjadi pandemi global. Virus ini membuat pebisnis konvensional mengubah haluan dan strategi bisnisnya ke ranah digital. Tak sedikit pebisnis tersebut melakukan pivoting (misal dari usaha bakso yang tadinya dijual di kedai bakso berubah menjadi bakso frozen kemasan yang pengantarannya via kurir aplikasi atau industri komestik yang memperluas lini bisnisnya di bidang produksi hand sanitizer selama musim pandemi). Di bidang pendidikan, anak sekolah dan kuliah yang semula belajar secara tatap muka di kelas kemudian melaksanakan model Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), melakukan virtual meeting via video conference. Pekerja kantoran juga demikian, sebagian besar dari mereka menjalani Work From Home (WFH).

Semuanya tanpa terkecuali wajib melaksanakan protokol kesehatan demi menghindari meluasnya penyebaran virus Covid-19. Muncul istilah-istilah baru seperti new normal, PSBB, PPKM, donor plasma konvalesen, tes PCR, dan masih banyak lagi. Intinya kita semua kudu beradapatasi dengan segala kebiasaan baru. Seorang pengguna twitter pernah berkomentar bahwasanya selama pademi ayahnya yang seorang guru dan gagap terhadap teknologi mau tidak mau harus terbuka terhadap teknologi, mengajar via Zoom dan Google Classroom, membuat video pembelajaran di Youtube, dan sebagainya. 

Saya pun awalnya agak syok dengan pandemi ini. Saya yang terbiasa jalan-jalan dan berburu tempat kuliner baru akhirnya lebih banyak beraktivitas di dalam rumah. Cukup sulit dalam kondisi seperti saat ini untuk melakukan kegiatan traveling. Untuk melakukan traveling pun orang akan berpikir ribuan kali. Mending uangnya ditabung atau ditahan sementara untuk membeli kebutuhan penting yang mahamendesak. Selain destinasi wisata banyak yang tutup, prosedur dan penerapan protokol kesehatan di bandara, stasiun, dan ruang publik lainnya sangatlah ketat. Saya yang biasanya ngeblog di luar seperti kampus, kafe, coworking space, dan sebagainya, ujung-ujungnya lebih memilih ngeblog di rumah.

Hikmah yang saya petik selama pandemi ini yakni bahwa kesehatan sangatlah mahal harganya, sebisa mungkin jagalah kesehatan diri sendiri supaya meminimilisasi risiko penularan penyakit kepada orang lain. Yang kedua, tabungan dan dana darurat perlu dipersiapkan sedini mungkin guna menghadapi gejolak dan risiko ketidakpastian. Makanya edukasi mengenai perencanaan finansial sangat penting menurut saya. Orang kerapkali menyepelekan hal ini.

Meski saya tidak bisa kemana-mana selama pandemi, saya bisa (((seolah-olah))) menikmati perjalanan ke suatu destinasi wisata melalui virtual tour. Melalui virtual tour nantinya seorang tour guide akan memandu jalannya wisata dan memberi informasi kepada peserta virtual tour via Zoom atau sejenisnya. Asyiknya virtual tour adalah kita bisa duduk-duduk atau sambil rebahan sembari menikmati suatu view yang tampil di layar gawai. Bagi saya ikut virtual tour adalah cara saya untuk tetap beraktivitas seru selama pandemi dan menghindari kejenuhan. 
Salah satu virtual tour yang saya ikuti adalah "Menelusuri Pulau Penyengat Taman Para Cendekia." Sedikit saya jelaskan mengenai ini, Pulau Penyengat merupakan pulau kecil pulau kecil yang jaraknya 2 km dari Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Untuk sampai ke pulau tersebut, dari dermaga di Tanjungpinang, kita akan diantar menggunakan perahu Pompom. Pulau tersebut setidaknya memiliki 45 objek cagar budaya dan destinasi menarik seperti mesjid telur, istana, kantor, benteng pertahanan, dan sumur air tawar. Di abad ke-19, Pulau penyengat tersohor berkat literasi dan kesustraan Melayu. Di pulau ini lahirlah tokoh cendekia yang bernama Raja Ali Haji, sastrawan pencipta Gurindam 12. Gurindam 12 merupakan puisi Melayu yang bertuahkan beragam nasihat tentang kehidupan. Gurindam 12 selain populer, juga berperan penting dan menjadi cikal bakal perkembangan Bahasa Indonesia. Pada tahun 2018, pulau Penyengat ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya.

Selain beraktivitas seru, kita juga kudu produktif dong meski di rumah saja. Selain ikut virtual tour, saya meningkatkan kualitas diri dengan mengikuti beberapa webinar, online class, sesi diskusi (FGD), dan sejenisnya. Saya mengambil studi S1 di bidang akuntansi, tetapi saya juga terbuka mempelajari hal-hal baru di bidang blogging, kepenulisan, digital marketing, literasi digital, dan sebagai.

Masih berkaitan dengan literasi digital, mulai Agustus hingga Desember 2021 saya mendaftar di kelas "Mata Kuliah Kecerdasan Digital" yang diselenggarakan oleh CFDS (Center For Digital Society) UGM. Seperti kuliah pada umumnya, nanti akan ada presensi secara digital. Selama satu semester saya akan mempelajari apa itu digital mindset, design thinking, dasar coding, basic level untuk HTML, CSS, dan SQL. Sebagai seorang yang berkecimpung di dunia blogging, saya yakin pengetahuan level dasar ini akan berguna pada waktunya nanti. 
Untuk peluncuran mata kuliah kecerdasan digital, CFDS mengundang narasumber Iqbal Ramadhan. Pada sesi ini saya mendapat insight mengenai kesadaran beretika di dunia daring (digital ethics) dan bagaimana cara meningkatkan produktivitas dan keahlian dalam menggunakan teknologi digital (digital skill).

Manteman yang beraktivitas seru dan produktif dari rumah sudah mendapatkan vaksinasi atau belum? Saya sendiri sudah mendapat vaksin dosis pertama. Semoga teman-teman yang belum segera dapat jatah buat vaksinasi ya. Dari data Kementerian Kesehatan per 31 Agustus menunjukkan bahwa program vaksinasi Covid-19 di Indonesia sudah menembus 100 juta suntikan. Kita tak perlu takut atau ragu untuk vaksin Covid-19, demi kesehatan dan imunitas yang lebih baik. 

Kabar baiknya, kalian yang tinggal di Yogyakarta dan yang belum dapat vaksinasi bisa mengikuti Program Vaksinasi Gratis dari Shopee. Vaksinasi ini tidak dipungut biaya. Vaksinasi ini berlokasi di Sleman City Hall mulai tanggal 6 hingga 17 September 2021 (Senin-Jumat). Vaksin yang digunakan adalah Sinovac dosis pertama. Cara daftarnya:

1. Buka aplikasi Shoppee
2. cari "Pulsa, Tagihan, & Hiburan." kemudian klik "Lihat "Lainnya."
3. Scroll hingga mentok ke bawah. Nanti ketemu menu bertuliskan Layanan. Klik "Vaksin COVID-19."
4. Nanti kalian masuk ke Reservasi Vaksin. Pilih lokasi vaksinasi (misal Sleman, DIY).
5. Baca dulu  Terms & Conditions ya manteman.
6. Centang pada bagian bawah bertuliskan bahwa kalian setuju pada syarat dan ketentuan yang berlaku. klik Konfirmasi
7. Untuk diperhatikan, baca baik-baik dan penuhi syarat dan ketentuan sebelum reservasi. Klik "Buat Reservasi." 
Manteman. kita tetap bisa ngeblog di rumah, beraktivitas seru, dan produktif meski di rumah saja. Jangan lupa jaga kesehatan fisik dan mental. Demi menghindari penularan virus Covid-19, segera vaksinasi ya ke Faskes terdekat atau bisa daftar ke Program Vaksinasi Gratis dari Shopee. Meskipun sudah divaksin, tetap patuhi prokes (cuci tangan, pakai masker, jaga jarak) dan hindari kerumunan. Kencengin sabuk pengaman, sebab titian kita masih panjang. Tetap seru, produktif, dan sehat selalu!

Senin, 30 Agustus 2021

Produktif dari Rumah, Buat Dunia Jadi Lebih Baik bersama Campaign #ForChange

Seekor monyet bergenus Macaca dengan perut bergelambir asyik mengunyah keripik kentang dalam kantong plastik. Tentu saja si monyet merasa belum cukup kenyang (baca: belum puas). Dia kemudian menghampir pengunjung terdekat, dengan gestur memelas berharap diberi satu dua potong roti atau makanan lainnya. Dengan tubuh yang begitu tambun, gerakannya cukup lamban, nyaris tak lincah jika dibandingkan monyet sejenis seusianya. Orang-orang di distrik Bang Khun Thian (Bangkok, Thailand) menamainya sebagai Uncle Fatty atau Paman Gembul. 

Paman Gembul mengalami obesitas yang sangat parah. Berat badannya 29 kg, adapun ukuran Macaca Bangkok berada di kisaran 8 hingga 14 kg (tergantung usia dan jenis kelamin). Paman Gembul sangat rakus terhadap makanan, dia menyukai segala jenis junk food, minuman kemasan, dan pisang yang ditawarkan masyarakat lokal atau wisatawan asing yang kebetulan lewat. Sebelum tubuhnya seekstrim itu, Paman Gembul didapati kerap mencuri makanan pengunjung jika dia sangat kelaparan. Tahun 2017, sekelompok aktivis lingkungan hidup Bangkok berusaha menyelamatkan Paman Gembul dari bahaya kegemukan ekstrim. 

Monyet dan pisang. Pernah saya mendapat pertanyaan begini dari wali kelas sewaktu SD, “makanan monyet apa anak-anak?,” sekelas serempak menjawab “pisang.” Tahukah kalian sebenarnya pisang tidak baik buat monyet. Kalori pada pisang cukup tinggi bisa menyebabkan obesitas pada monyet. Di habitat aslinya monyet tidak hanya makan buah hutan, tetapi juga umbi, rerumputan, dan serangga.

Tahun 2019 saya berkunjung ke Taman Nasional Sebangau di Kalimantan Tengah, seorang teman mewanti-wanti saya agar jangan memberi makan sembarangan monyet liar di habitat aslinya, sebab mereka sudah punya makanan alaminya sendiri.

Buah hutan yang menjadi makanan alami kera ekor panjang dan orangutan di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah. Dokumentasi pribadi.
“Jika monyet diberikan makanan yang bukan makanan alamiah mereka, nanti bisa membuat monyet sakit.” Hal senada juga dituturkan Nur Herjayanti, ketua Macaca Rangers, sebuah komunitas berbasis riset dan konservasi monyet endemik Sulawesi (Macaca hecki dan Macaca tonkeana).

Tim Macaca Rangers melakukan riset persepsi masyakarat sekaligus pemetaan daerah rawan konflik Macaca hecki dan Macaca tonkeana di sekitar kawasan hutan lindung dan Cagar Alam Pangi Binangga. Hasil riset menunjukkan bahwasanya 78,57% masyarakat tidak mengetahui pakan alami monyet dan 59,62% tidak tahu kalau di kawasan tersebut terdapat monyet endemik yang terancam punah. Masih sedikitnya pengetahuan masyarakat lokal terhadap keberadaan monyet endemik Sulawesi membuat Macaca Rangers melakukan edukasi di sekolah, sosialisasi di acara Car Free Day, aksi bagi-bagi flayer ke pengguna jalan, dan Webinar Macaca Talks bertajuk “Larangan Memberi Makan Monyet: Perspektif Dokter Hewan.” Semua ini dilakukan sebagai upaya menjaga kelestarian monyet endemik di  Sulawesi Tengah.

Jika memberi makan monyet, permasalahan seperti apa sih yang dihadapi masyarakat setempat? Ada beberapa peristiwa yang sudah terjadi di sana seperti pencurian barang, monyet merusak hasil kebun, monyet memasuki pemukiman penduduk, dan sebagainya. Dengan memberi makan monyet maka monyet lebih rentan terhadap penyakit dan mengalami perubahan perilaku. Monyet yang jinak karena sering berinteraksi dengan manusia rentan menjadi satwa yang diperjualbelikan, padahal statusnya sendiri terancam punah.

Dikutip dari Macaca Rangers, Indonesia memiliki spesies monyet Macaca terbanyak di Asia (11 jenis), 7 di antaranya merupakan monyet endemik Sulawesi. Adapun Macaca hecki dan Macaca tonkeana memiliki habitat di kawasan hutan di Sulawesi Tengah.

Kabar baiknya, kita bisa lho berkontribusi dalam pelestarian monyet endemik Sulawesi ini melalui donasi tanpa keluar uang sepeserpun. Cukup di rumah saja, tetap produktif, dan buat dunia jadi lebih baik. Hah! Bagaimana caranya? Gampang banget! Kita tinggal unduh aplikasi Campaign #ForChange di Google Play atau App Store, ikuti berbagai aksi serta challenge menarik. Melalui kampanye #AyoSelamatkanMacaca di aplikasi tersebut, Macaca Rangers ingin menggugah kesadaran dan kepedulian user yang sebagian besar merupakan milenial dan generasi Z mengenai monyet endemik (Macaca hecki dan Macaca tonkeana), aset daerah Sulawesi Tengah. 

Terdapat 4 aksi yang bisa kalian ikuti dalam Kampanye #AyoSelamatkanMacaca. Setelah menyelesaikan tantangan, kita akan mendapatkan donasi sebesar Rp20.000 dari sponsor yang akan diserahkan kepada Macaca Rangers. Saya tentunya sudah menyelesaikan tantangan ini. Kampanye tersebut berhasil meraih 419 pendukung, 1781 aksi, serta donasi sebesar Rp6.440.000.

Rencananya donasi tersebut akan digunakan untuk biaya operasional kampanye, biaya advokasi, kegiatan edukasi konservasi pada pengguna jalan trans Palu-Parigi, serta pembuatan papan bertuliskan stop memberi makan dan memelihara monyet endemik Sulawesi.
Tantangan #AyoSelamatkanMacaca berhasil saya selesaikan. Dokumentasi  pribadi
Saya pikir aplikasi Campaign #ForChange sangat seru untuk dicoba. Social action platform satu ini mengajak kita sebagai changemakers untuk produktif dari rumah, membentuk kebiasaan baik secara berkelanjutan, terukur, dan berdampak melalui serangkaian aksi dan tantangan. Berdonasi tanpa perlu keluar uang. Pilihan isu sosial pun beragam, mulai dari pendidikan, lingkungan, kesetaraan, hingga kesehatan. Aplikasi ini juga didesain mirip media sosial di mana kita bisa terkoneksi satu sama lain melalui fitur heart, comment, dan chat. Saya sendiri sudah menyelesaikan 23 challenge, 132 aksi, dan mengumpulkan donasi hingga Rp585.000. 

Achievement unlocked! Tahun lalu, Campaign #ForChange berhasil meraih penghargaan kategori Best App for Good dari Google Play Award 2020. Hingga Juli 2021 tercatat lebih dari 278 ribu aksi yang sudah dilakukan, 325 organizer terlibat, dan total dana yang telah disalurkan mencapai lebih dari 1,31 miliar rupiah.

Tampilan aplikasi Campaign #ForChange. Dokumentasi pribadi

Di masa terdampak pandemi Covid-19, kita bisa menjadi bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan. Kita pernah mengalami fase di mana masyarakat kesulitan memperoleh masker, tabung oksigen, vaksin, dan sebagainya. Kita ingin membantu orang lain, tapi dana yang ada sangat terbatas dan hanya cukup untuk diri sendiri. Saya bersyukur menemukan aplikasi Campaign #ForChange sehingga saya bisa tetap produktif di rumah sekaligus berkontribusi bagi sesama, ringankan beban saudara.

Saya ikut 2 challenge “Pulihkan Indonesia dengan #SeruDiRumah bareng Character Matters Indonesia (CMI) dan AMSA.” Setelah menyelesaikan 7 aksi selama 7 hari, saya mendapat konversi uang masing-masing Rp50.000 dari sponsor untuk 2 challenge tersebut. Donasi akan disalurkan kepada para korban terdampak Covid-19. Maka pada hari itu, berbekal aplikasi Campaign #ForChange saya berhasil mendonasikan Rp100.000 tanpa keluar uang dari kantong pribadi.
Dari rumah, kita bisa berkontribusi melestarikan monyet endemik di Sulawesi. Dari rumah, kita bisa membantu mereka yang terdampak Covid-19. Produktif dari rumah, buat dunia lebih baik bersama Campaign #ForChange, kenapa tidak? Yuk bisa yuk!

Sumber Referensi
1. Langka, Kera Bernama Uncle Fatty Ini Alami Berat Badan Berlebih, www.blog.reservasi.com. 
2. Monyet Obesitas Gara-gara Sering Diberi Makan Junk Food, www.antvklik.com. 
3. Inilah Primata Endemik Sulawesi dengan Jambul di Kepala, www.mongabai.co.id. 
4. Dilarang Kasih Makan Monyet Endemik Sulteng, Mengapa?, www.liputan6.com. 
5. Menjaga Kelestarian Monyet, Komunitas Macaca Turun Sosialisasi dan Bagi-bagi Flayer, www.kompas-sulawesi.id. 

Senin, 16 Agustus 2021

Menjaga Lahan Gambut, Menjaga Kekayaan Hayati Indonesia

Hati saya cukup terenyuh menyaksikan.ular piton sepanjang 2.5 meter itu terpanggang hidup-hidup saat terjadi bencana kebakaran hutan di Kalimantan 2019 silam. Bukan hanya ular saja yang tergolong jenis fauna yang kerap kita jumpai, kebakaran tersebut mampu mengancam eksistensi fauna dan flora endemik di Bumi Borneo. 

Perlu kita ketahui bahwasanya Indonesia memiliki luas lahan gambut hingga 20 juta hektare. Lahan gambut merupakan rumah bagi beragam spesies, lahan gambut menjaga kenakekaragaman hayati Indonesia, dan masih banyak lagi. 

Awal Agustus lalu, saya mendapatkan kesempatab untuk mengikuti virtual blogger gathering "Eco Blogger Squad" dengan tema "Lindungi Lahan Gambut, Lindungi Fauna Indonesia." Acara tersebut mengundang 2 narasumber yang merupakan praktisi di bidangnya. Narasumber pertama yakni Herlina Agustin atau kerap disapa Bu Tin. Beliau dari Pusat Studi Komunikasi Lingkungan (Fakultas Ilmu Komunikasi) Universitas Padjadjaran. Narasumber kedua, Ola Abbas dari Pantau Gambut. 

Berdasarkan penuturan Bu Tin, Indonesia merupakan 10 besar negara mega biodiversitas, Indonesia merupakan pemasok terbesar produk satwa liar di Asia. Sebesar 12% mamalia, 7,3% amfibi dan retil, serta 17% spesies burung di dunia ada di Indonesia. Namun keberadaan spesies ini terancam kepunahan akibat faktor alam dan manusia. Sehingga Indonesia menghadapi laju kepunahan tercepat kedua di dunia setelah meksiko. Hal-hal yang menjadi ancaman spesies di negara ini tak lain karena penyelundupan. Penyelundupan satwa liar misalnya, Indonesia masuk kategori tertinggi nomor 4. Beberapa waktu yang lalu saya melihat penyelundupan anakan piton yang dimasukkan ke dalam boks berisi piala. Sungguh tak disangka di dalam piala tersebut terdapat ular kecil 3 ekor, satu ekor sudah mati. Mengenaskan sekali. Berita-berita kayak gini duh bikin sedih. 

Bu Tin menambahkan lagi, tingkat penurunan spesies terjadi karena perubahan iklim. Selain pembakaran lahan atau hutan secara disengaja oleh manusia, faktor alam seperti cuaca ekstrim yang sangat panas bisa memicu kebakaran lahan atau hutan. Selain itu juga perburuan besar-besaran tanpa kendali sangatlah berbahaya dan mengancam eksistensi spesies kita. Rekayasa genetika dan spesies invasif pun demikian.

Lha kok sampai rekayasa genetika segala? Lho pernah liat singa dikawinkan dengan harimau? Itu kalau sampai punya keturunan, anaknya biasanya akan menjadi cacat atau malah infertil. Kapan hari saya melihat ikan yang direkayasa secara genetika di mana DNA ikan tersebut dikawinkan dengan DNA ubur-ubur sehingga membuat ikan tersebut bercahaya. Ikan yang pada dasarnya di dalam air atau lautan tidak mengeluarkan cahaya bermaksud menyembunyikan diri dari serangan predator. Keberadaan ikan menjadi "bercahaya" menjadikan ikan tersebut mudah menjadi santapan predator. Gen ubur-ubur yang diinjeksi ke tubuh ikan secara faktual mengancam keberadaan ikan itu sendiri. Ketika seseorang berkomentar, "Ih lucu banget ikannya bisa menyala dalam gelap," saya justru malah kasihan sama ikannya. Ada spesies ikan yang memang dari sononya mengeluarkan cahaya, biasanya ikan jenis ini tinggal di laut dalam. Ikan yang gak bisa mengeluarkan cahaya, tak perlu direkayasa sedemikan rupa supaya menjadi bercahaya. Saya berharap video yang sempat viral beberapa waktu lalu adalah fake.

Nah, balik lagi ke topik lahan gambut. Dari awal ngomongin gambut terus. Gambut itu apa sih? Gambut merupakan tanah yang kaya material organik akibat pembusukan selama beribu-ribu tahun. Untuk membentuk lahan gambut dengan kedalaman 4 meter perlu waktu hingga 2 ribu tahun lamanya. Lahan gambut dikenal sebagai tempat menyimpanan karbon terbesar, setidaknya 53-60 miliar karbon ada di lahan gambut. 

Tahukah kamu bahwasanya lahan gambut purba satu-satunya di dunia ada di Indonesia, letaknya di pedalaman Kalimantan. Saya gak menyangka kedalamannya bisa mencapai 18 meter. Awwww, tubuh saya bisa ambles jika menginjak gambut purba tersebut.

Ola Abbas dari Pantau Gambut menuturkan gambut memiliki peran strategis dan penjaga iklim di Indonesia. Peran penting gambut di antaranya:

1. Gambut mampu mengurangi dampak bencana banjir dan kemarau. Ternyata gambut yang terdekomposisi mampu menahan air 2 hingga 6 kali lipat dari berat keringnya. Kebayang kan kalau lahan gambut terbakar. Air di dalamnya berubahnya menjadi api dan ini yang menjadi sulit dipadamkan karena bisa jadi di permukaan api terlihat padam, di kedalaman, baranya masih menyala.

2. Gambut menunjang perekonomian masyarakat setempat. Salah satu komoditas yang dihasilkan dari lahan gambut yakni tas purun yang batangnya diambil rumput purun yang hanya tumbuh di lahan gambut. Tas jenis ini kebanyakan dibuat oleh pengrajin yang tinggal di kawasan tersebut. Tas etnik purun bisa kamu jumpai marketplace. 

3. Gambut menjaga keanekaragaman hayati Indonesia. Beberapa fauna khas yang tinggal di kawasan lahan gambut di antaranya: orangutan, buaya sinyulong, beruang madu, dan harimau Sumatera. Di samping spesies lain yang tidak diketemukan di daerah lain. Lahan gambut perlu dijaga demi menjaga kelestarian biodiversitas baik fauna maupun flora.

4. Lahan gambut menjaga perubahan iklim. Sebagai penyimpan cadangan karbon terbesar, bagaimana jika gambut dirusak, karbon tersebut akan terlepas ke udara dan menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca.

Bagaimana caranya supaya lahan gambut tetap terjaga? Salah satunya adalah dengan merestorasi lahan gambut. Restorasi gambut bertujuan untuk mengembalikan fungsi ekologi lahan gambut dan sejahterakan masyarakat. Upaya restorasi gambut dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pembasahan, penanaman ulang, dan merevitalisasi sumber mata pencaharian masyarakat setempat.

Kita bisa mengupayakan melalui penyadartahuan kepada khalayak terkait pentingnya lahan gambut rumah bagi beragam spesies. Supaya apa? Supaya suara kita didengar gaungnya ke pemerintah sehingga pemerintah serius dan berkomitmen penuh dalam pengelolaan dan perlindungan lahan gambut. Menjaga gambut, menjaga keanekaragaman hayati Indonesia. Butuh waktu ribuan tahun untuk membentuk gambut, naum hanya sesaat untuk merusaknya (#Peatlandisnotwasteland).

Selasa, 08 Juni 2021

Karhutla dan Dampaknya yang Patut Kita Waspadai

Saya ingat banget di tahun 2015 akibat kabut asap yang berlarut-larut dan membubung tinggi di langit membuat penerbangan Jogja-Palembang tertunda sementara waktu. Hal tersebut membuat Nita, rekan satu organisasi saya terpaksa menunda kepulangannya ke kampung halaman. Nita terlihat sedih, pasalnya sudah setahun dia menunda kepulangan ke Palembang karena fokus menyelesaikan studi. Itu artinya jika tahun 2015 Nita tidak mudik, genap 2 tahun Nita tinggal di Jogja. Jarak pandang menjadi terganggu. Kualitas udara menjadi buruk.

Asap pekat akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tahun 2015 menjadi bencana kebakaran terburuk dalam satu dekade (2005 hingga 2015). Kebakaran tersebut membabat sebagian lahan di kawasan Sumatera dan Kalimantan. Dikutip dari Tempo, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengendalian Kebakaran Hutan Sumatera Selatan, hingga 10 November luas lahan yang terbakar mencapai 612.833 hektare. Sebanyak 60% kebakaran terjadi di lahan gambut. Kementerian Lingkungan Hidup mencatat sekitar 2,6 juta hektare hutan dan lahan yang terbakar dengan 120 titik di sepanjang Juni hingga Oktober 2015.

Kebakaran hutan tidak hanya merusak pohon-pohon dan juga ekosistem, tetapi juga menimbulkan penyakit pernapasan dari level ringan hingga akut. Asap yang membubung tinggi menyebabkan para warga tidak bisa beraktivitas seperti biasanya. Selain itu, kepulan asap ini menyebar hingga ke negeri tetangga seperti Malaysia dan Singapura sehingga menyebabkan hubungan diplomatik antarnegara menjadi terganggu.

Bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada tanggal 5 Juni Kemarin, Auriga dan Yayasan Asri mengadakan Webinar bertajuk "Cegah Karhutla, Cegah Pandemi." Berharap melalui edukasi semacam ini menjadikan kesadaran kita untuk peduli terhadap isu-isu lingkungan hidup, khususnya perlindungan hutan semakin bertambah.
Narasumber pertama yakni Dedy Sukmara selaku Direktur Informasi dan Data Auriga Nusantara. Narasumber kedua seorang dokter yang juga menjabat sebagai Direktur Klinik Alam Sehat Lestari (Yayasan Asri) yakni Dr. Alvi Muldani. 

Kemarau panjang (El Nino) digadang-gadang sebagai penyebab kebakaran hutan yang tak berkesudahan. Nyatanya, aktivitas manusia turut berkontribusi pada kebakaran hutan. Kebakaran juga memiliki pola-pola dan jangka waktu yang bisa diamati, tutur Dedy Sukmara. Berikut data yang saya dapatkan berdasarkan webinar tersebut.
Berdasarkan data dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat disimpulkan bahawa kebakaran tahun 2015 dan 2019 menjadi yang terburuk sepanjang 5 tahun terakhir ini. Bahkan pada tahun 2019 jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan tahun 2015. Adapun propinsi yang terdampak cukup parah yakni Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, dan Papua. 

Dapur asap dalam kurun 2001 hingga 2019 sebagian besar titik api berasal dari lahan gambut di Kalimantan Tengah, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, hingga Papua.

Menurut Dedy Sukmara, penyebab kebakaran hutan disebabkan oleh faktor alami dan faktor manusia. Faktor alam penyebab kebakaran hutan meliputi kemarau panjang, petir, aktivitas vulkanis, dan sebagainya. Manusia berkontribusi pada bencana karhutla melalui praktek pembukaan lahan dengan membakar, perburuan dan penebangan liar, penggembalaan, konflik lahan, dan aktivitas lainnya.

Kita perlu waspada jika terjadi kebakaran hutan karena karhutla ini memiliki berbagai dampak negatif yang bagi kelangsungan hidup manusia dan juga ekosistem sekitarnya. Berikut dampak dari bencana karhutla:

1. Karhutla merupakan mimpi buruk bagi kita. Karthutla berefek pada penyebaran kabut asap yang mengancam kesehatan manusia. Berbagai penyakit muncul akibat cemaran kabut asap seperti pilek, sakit tenggorokan, bronkitis, radang paru-paru, dan sejenisnya.

2. Akibat karhutla, hewan-hewan liar yang berasal dari hutan yang ternyata sebagai pembawa patogen berbahaya mendatangi pemukiman. Selain hewan pembawa patogen, hewan buas seperti macan dan anjing hutan masuk ke pemukiman warga. Selain itu, fauna dan flora endemik yang terancam musnah semakin mendekati ancaman kepunahan.

3. Vegetasi hutan terancam hilang akibatnya berpengaruh terhadap pemanasan global dan perubahan iklim.

4. Aktivitas dan produktivitas manusia terhenti sementara. Transportasi lumpuh, jaringan internet terkendala, demikian juga di sektor pendidikan diliburkan sementara waktu.

5. Kerugian Indonesia akibat karhutla di sepanjang 2019 mencapai US$ 5,2 miliar atau setara Rp72,95 triliun.

Alvi Muldani dari Alam Sehat Lestari menjelaskan deforestasi selain menyebabkan karhutla juga membuat penyebaran zoonosis semakin merajalela. Apa itu Zoonosis? Zoonosis merupakan penyakit yang penyebarannya diakibatkan oleh hewan. Terutama hewan pembawa patogen seperti yang sudah saya jelaskan di awal. Zoonosis memicu terjadinya epidemi dan pandemi. Pandemi virus Covid19 diduga asal muasalnya berawal dari kelelawar yang telah terjangkit virus tersebut di daerah Wuhan yang menyebarkannya ke seluruh dunia.
Fragmentasi hutan yang diakibatkan oleh deforestasi dan juga lanskap serupa seperti lahan pertanian dan padang rumput bisa menjadi faktor penyebab zoonosis. Ketika deforestasi terjadi, beberapa spesies menurun. Akan tetapi spesies lainnya mampu beradaptasi sehingga meningkatkan zoonosis. Konservasi hewan liar dapat membuat hewan liar berada di habitatnya sehingga menghentikan penyebaran patogen hingga ke pemukiman penduduk. 

Bumi kita saat ini sedang sakit, karhutla dan dampaknya itu nyata adanya. Kepedulian kita terhadap isu-isu lingkungan serta aksi-aksi untuk pemulihan ekosistem menjadi hal-hal yang seharusnya diupayakan umat manusia dewasa ini. 



Kamis, 22 April 2021

Sampahku Tanggungjawabku : Bijak Bajik Kelola Sampah Dimulai dari Diri Sendiri

Jam menunjukkan pukul 09.15. Truk-truk pengangkut sampah berwarna hijau silih berganti mengantarkan sampah-sampah menuju TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Degayu yang berlokasi tak jauh dari pantai Slamaran, Kota Pekalongan. Ekskavator, mesin pengeruk sampah berwarna kuning teronggok di hamparan gunungan sampah. 

 Sebuah Ekskavator di antara gunungan sampah di TPA. Dokumentasi pribadi

Pak Slamet merupakan satu dari puluhan orang yang berburu rejeki dengan mengais sampah di TPA seluas 5,8 hektare ini. Selepas azan subuh berkumandang, Pak Slamet bergegas ke masjid yang jaraknya kurang lebih 100 meter dari rumahnya. Selepas salat, Pak Slamet menikmati sarapan pagi yang dibuat istrinya. Di pagi buta sebelum anak-anak berangkat sekolah, pak Slamet sudah mengayuh sepeda tuanya, memungut botol-botol plastik, kardus bekas, atau apapun barang yang ditemukan di jalanan yang nantinya bisa ditukar dengan uang. Sesampainya di TPA, Pak Slamet menyiapkan karung berukuran besar untuk memilah botol-botol Plastik yang sekiranya masih bagus untuk nantinya dijual.

Sampah plastik dan kaleng di TPA Degayu. Dokumentasi pribadi
Mereka yang mengais rejeki dari sampah di TPA Degayu. Dokumentasi pribadi

Bekerja sebagai pemungut sampah seperti pak Slamet bukannya tanpa risiko. Paparan bau yang tak sedap, risiko terkena serpihan kaca dan benda tajam lainnya, riskan terpapar diare, gangguan gastrointestinal, terpeleset gunungan sampah, dan risiko-risiko yang lain. 

Tahun 2021, kondisi volume sampah di TPA Degayu sudah dalam kondisi overload, mengkhawatirkan. Dengan tinggi gunungan sampah telah mencapai 20 meter sudah selayaknya mendapatkan perhatian serius dari pemerintah setempat. Permasalahan yang kerapkali muncul sebuah TPA adalah polusi udara yang mengganggu pemukiman warga, gas metana yang terbakar di antara tumpukan sampah, dan pencemaran leachate (air hasil dekomposisi sampah yang bisa meresap dan mencemari tanah).

“Tahun 2015, pernah terjadi kebakaran di TPA Degayu. Itu api sudah dipadamkan sama beberapa damkar hingga menjelang jam 12 malam, subuh-subuh apinya keluar lagi.” Tutur pak Slamet kepada saya. Pemicu kebakaran adalah gas metana dari gunungan sampah yang ada. Akibat kebakaran tersebut, asap pekat serta bau yang tidak sedap dari sampah terbawa hingga ke pemukiman warga. Beberapa warga yang bekerja di tambak-tambak udang merasakan sesak napas dan mata pedih akibat asap plus bau yang tak mengenakkan ini.

Kepulan asap akibat gas metana di TPA Degayu tahun 2015.
Dokumentasi ANTARA Foto/Pradita Utama
Meskipun bukan tragedi besar, peristiwa kebakaran akibat gas metana yang membakar sebagian lahan di TPA Degayu jangan dianggap sebagai hal yang sepele. Tragedi ledakan gas metana terdahsyat di negeri ini pernah terjadi di Leuwigajah, Cimahi (Jawa Barat) pada 21 Februari 2005. Ledakan tersebut diiringi longsornya gunungan sampah TPA Leuwigajah yang meluluhlantakkan dua pemukiman warga (Kampung Cilimus dan Pojok). Efek yang ditimbulkan begitu mengerikan, karena insiden mendadak tersebut 157 jiwa melayang. 

Masyarakat Indonesia tentunya berduka. Demi mengenang peristiwa pahit tersebut (supaya menjadi pembelajaran bagi generasi mendatang) tanggal 21 Februari ditetapkan sebagai Hari Peduli Sampah Nasional). Gerakan bijak kelola sampah mulai digaungkan. Meskipun belumlah masif dan menyeluruh, sedikit demi sedikit masyarakat tergerak hati untuk peduli dan bertanggungjawab atas sampah yang ditimbulkannya

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) jumlah sampah skala nasional mencapai 67,8 juta ton pada tahun 2020, hingga tahun 2050 diperkirakan jumlahnya akan bertambah lebih dari dua kali lipat. Perlu pengelolaan tingkat lanjut, inovasi teknologi, dan sejumlah investasi supaya tata kelola sampah menjadi lebih baik dan tidak menjadi momok yang mengerikan di kemudian hari. Selain itu, kita perlu mengadopsi konsep ekonomi sirkular dengan memanfaatkan sampah organik dan anorganik, menciptakan nilai ekonomis melalui proses reduce, reuse, recycle

Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Konsumsi sampah plastik per kapita mencapai 20 kilogram per tahun. Di level industri, penggunaan plastik untuk kemasan menyentuh angka 65 persen terhadap konsumi plastik skala nasional. Berdasarkan hal tersebut, sejumlah industri mulai menyadari dampak sampah yang ditimbulkan atas aktivitas bisnisnya. Semakin ke sini masyarakat semakin cerdas. Konsumen semakin teredukasi mengenai bagaimana kepedulian brand perusahaan terhadap pengelolaan sampahnya.

Seminggu lalu, sebuah iklan muncul di beranda twitter saya, sebuah brand di bidang Foods & Beverages terkemuka mengkampanyekan mengurangi penggunaan sepertiga virgin plastik hingga 2025. Kemarin, seorang kawan blogger menghadiri RUPS (rapat Umum Pemegang Saham) dan mendapatkan suvenir cantik berupa tas dari bahan daur ulang botol plastik, ini unik! 

Saat pandemi, sampah rumah tangga dan limbah medis angkanya mengalami kenaikan sebesar 36%. Merujuk pada statistik dari KLHK, setidaknya 66,8% rumah tangga domestik masih melakukan aktivitas membakar sampahnya, alih-alih mendaur ulang. Hanya 1,2% yang memiliki kesadaran akan Reuse, Reduce, Recycle. Tak perlu menunggu disentil bencana sehingga kesadaran akan pengelolaan sampah bertumbuh. Yuk mulai dari diri sendiri, bijak dan bajik dalam kelola sampah. Sebab sampahku adalah tanggungjawabku.

Bijak bajik kelola sampah yang sudah kuterapkan.

1. Saya memanfaatkan eco/tote bag alih-alih tas kresek/plastik saat berbelanja. Tas kresek memiliki sifat destruktif terhadap lingkungan dan sukar diurai mikroorganisme yang ada di tanah.
Belanja sayuran menggunakan tote bag. Dokumentasi pribadi
Koleksi sebagian tote bag saya. Dokumentasi pribadi
2. Sisa sayuran, daun kering/basah, dan sampah organik lainnya saya ubah menjadi pupuk kompos.
Proses komposting sampah organik. Dokumentasi pribadi
3. Memanfaatkan botol bekas kemasan minuman untuk pot tanaman. Adapun pupuknya diambil dari pupuk kompos di atas.
Botol bekas jadi pot tanaman. Dokumentasi pribadi
Botol bekas jadi pot tanaman. Dokumentasi pribadi
4. Menggunakan masker kain saat keluar rumah demi mengurangi limbah masker medis.
Dokumentasi pribadi
5. Tidak membuang sampah sembarangan saat traveling. Saya menyediakan kantung khusus di ransel sebagai wadah sampah. Tak elok rasanya tempat wisata yang cantik berceceran sampah. 
Saat saya berwisata ke hutan. Sampahku tanggungjawabku. Dokumentasi pribadi.
6. Mengirim botol bekas kemasan ke Waste4Change untuk didaur ulang. Waste4Change merupakan perusahaan Waste Management Indonesia yang memiliki misi mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA. Selain mengelola sampah perusahaan, Waste4Change juga melayani sampah individu dalam Personal Waste Management
Botol Kemasan untuk Waste4Change. Dokumentasi pribadi
Mengirim paket berisi botol minuman kemasan (bekas) ke Waste4Change sangatlah mudah. Demikian cara sederhana saya bertanggung jawab terhadap sampah, bijak bajik kelola sampah dimulai dari diri sendiri. Jangan sampai berhenti di sini. Yuk bagikan juga ceritamu mengelola sampah pribadi di berbagai platform yang kamu miliki.