Ngeblog dari Kampus (2018): Tetap Have Fun Sembari Mengerjakan Skripsi
Saya terhitung ngeblog sejak duduk di bangku kuliah (tahun 2015). Blog saya awalnya berisi curhatan patah hati dan fallin in love with people we cant have anak kuliah dan lika-likunya. Tentu saja blog saya waktu itu belum masuk kategori Top Level Domain (TLD) alias masih web 2.0. Saya kadang geli membayangkan blog saya waktu itu karena masih bawa template bawaan dari Blogger (Blogspot) dan terdapat widget lumba-lumba berkelap-kelip yang melayang-layang mengikuti ke manapun pergerakan kursor. Kalau dipikir agak alay juga ya.
Seiring berjalannya waktu saya bergabung ke beberapa komunitas blogger, mulai dari Komunitas Blogger Jogja (KBJ), Komunitas Emak Blogger (KEB), Blogger Perempuan (BP), Warung Blogger, Blogger Crony, hingga Eco Blogger Squad (EBS). Tulisan di blog saya yang awalnya hanya berupa curhat galau enggak jelas, seiring berjalannya waktu, sedikit demi sedikit saya mulai berbenah. Saya mencoba menulis beragam tema seperti traveling, review film, review buku, mengulas aplikasi/gawai, dan sebagainya. Saya mengikuti berbagai kompetisi blog. Hingga pada tahun 2018 saya memonetisasi tidak hanya blog, tetapi juga media sosial saya. Kebetulan tahun 2018 saya juga sedang mengerjakan skripsi. Jadi saya ngeblog buat have fun plus mengumpulkan pundi-pundi rejeki, sekaligus nyekripsi.
Menjadi blogger cukup menyenangkan bagi saya. Saya mendapat privilege sebagai digital content creator, misal bisa menginap bahkan menikmati makanan hotel secara cuma-cuma, berkesempatan meliput event lokal/nasional dan dibayar, dapat goodie bag dari beragam sponsor, diundang ke acara soft/grand launching suatu produk, traveling gratis, dan masih banyak lagi.
Di kampus, sembari merampungkan bab demi bab skripsi, saya sekaligus mengerjakan job menulis, kadang ikut campaign suatu produk/acara. Kalau tidak ngeblog, mungkin saya hanya akan menjadi mahasiswa rata-rata pada umumnya. Dari menulis saya punya pendapatan untuk membiayai wisuda saya (mulai dari make up dan membeli segala printilan wisuda). Saya tidak meminta sepeser pun dari orangtua.
Tahun 2018 adalah tahun hectic-nya saya dengan tugas akhir. Meskipun demikian saya masih berkesempatan mengikuti acara-acara keren seperti Asian Games 2018 (campaign), Asian Para Games 2018 (campaign), dan menghadiri beberapa festival budaya lokal, salah satunya "Wayang Jogja Night Carnival."
|
Wayang Jogja Night Carnival 2018. Dokumentasi pribadi. |
|
Liputan Asian Para Games 2018. Dokumentasi pribadi |
Ngeblog dari Kafe hingga Coworking Space (2019): Blogging Mempertemukan Saya dengan Pak Menteri
Setahun berlalu. Kini saya sudah tak menyandang status mahasiswa lagi. Saya sudah tak bisa mengakses fasilitas gratis dari kampus, wifi misalnya. Namun demikian, saya merasa lebih leluasa untuk terus produktif menulis. Kadang saya mendapat barter tulisan dengan produk dari sponsor atau satu artikel dihargai setara dengan uang beasiswa saya selama sebulan. Selain itu saya lebih banyak berkesempatan mengikuti berbagai kompetisi. Bisa traveling atau dapat gadget gratis dari menulis, kenapa tidak?
Untuk meningkatkan mood selama menulis, saya sering berpindah-pindah lokasi ketika ngeblog. Mood boster banget menemukan venue yang menenangkan jiwa dengan alunan musik lembut ditambah wifi yang ngebut. Maka dari itu kafe dan coworking space menjadi pilihan. Kafe yang biasa saya kunjungi ya yang lokasinya tak jauh dari kampus. Sedangkan coworking space favorit saya jatuh pada Jogja Digital Valley (JDV) kalau tidak ya Loop Station Yogyakarta.
Jogja Digital Valley, tempatnya cozy banget, wifinya lumayan kenceng, ada kafenya, dan yang terpenting akses masuknya gratis bagi para member. Asyiklah pokoknya buat nongkrong para digital enthusiast kayak animator, game asset creator, software developer, blogger, dan sejenisnya. Setiap bulan Jogja Digital Valley selalu ngadain event-event terkait teknologi dan digital. Saya kerasan banget di sini dari pagi hingga sore, banyak cowok kece soalnya, uhuk.
Ketika saya sedang scrolling instagram, ekor mata saya melirik event "Anugerah Pewarta Wisata Indonesia (APWI) 2019." Kementerian Pariwisata (sekarang Kemenparekraf) mengadakan apresiasi buat jurnalis media (radio, televisi, cetak, elektronik) dan juga blogger untuk membuat video/artikel dengan tema "Milennial Tourism" dan "Destinasi Wisata Superprioritas."
Saya pun tertarik berpartisipasi. Then, saya membuat tulisan mengenai dalang milenial dan Wayang Ukur pada pagelaran "Jogja Cross Culture 2019." Singkat cerita, artikel saya terpilih menjadi salah satu juara dan saya berkesempatan untuk hadir pada penganugerahan APWI 2019 bertempat di Gedung Kementerian Pariwisata di Jakarta. Saya bertemu dan berbincang dengan orang-orang keren di sana sekaligus berfoto dengan Menteri Pariwisata, Pak Arief Yahya. At the time i was very proud of myself.
|
Saya dan Menteri Pariwisata 2019. Dokumentasi pribadi |
|
Anugerah Pewarta Wisata Indonesia 2019. Dokumentasi pribadi |
Ngeblog dari Rumah (2020 dan 2021): Tetap Beraktivitas Seru dan Produktif Meski Pandemi Sekalipun
Saya masih ingat di awal 2020 ketika coronavirus dianggap sebagai lelucon, bahkan muncul banyak jokes yang menganggap bahwa virus ini tidaklah berbahaya, hanya seperti virus influensa biasa. Nyatanya, virus ini berdampak sangat luas, dari epidemi menjadi pandemi global. Virus ini membuat pebisnis konvensional mengubah haluan dan strategi bisnisnya ke ranah digital. Tak sedikit pebisnis tersebut melakukan pivoting (misal dari usaha bakso yang tadinya dijual di kedai bakso berubah menjadi bakso frozen kemasan yang pengantarannya via kurir aplikasi atau industri komestik yang memperluas lini bisnisnya di bidang produksi hand sanitizer selama musim pandemi). Di bidang pendidikan, anak sekolah dan kuliah yang semula belajar secara tatap muka di kelas kemudian melaksanakan model Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), melakukan virtual meeting via video conference. Pekerja kantoran juga demikian, sebagian besar dari mereka menjalani Work From Home (WFH).
Semuanya tanpa terkecuali wajib melaksanakan protokol kesehatan demi menghindari meluasnya penyebaran virus Covid-19. Muncul istilah-istilah baru seperti new normal, PSBB, PPKM, donor plasma konvalesen, tes PCR, dan masih banyak lagi. Intinya kita semua kudu beradapatasi dengan segala kebiasaan baru. Seorang pengguna twitter pernah berkomentar bahwasanya selama pademi ayahnya yang seorang guru dan gagap terhadap teknologi mau tidak mau harus terbuka terhadap teknologi, mengajar via Zoom dan Google Classroom, membuat video pembelajaran di Youtube, dan sebagainya.
Saya pun awalnya agak syok dengan pandemi ini. Saya yang terbiasa jalan-jalan dan berburu tempat kuliner baru akhirnya lebih banyak beraktivitas di dalam rumah. Cukup sulit dalam kondisi seperti saat ini untuk melakukan kegiatan traveling. Untuk melakukan traveling pun orang akan berpikir ribuan kali. Mending uangnya ditabung atau ditahan sementara untuk membeli kebutuhan penting yang mahamendesak. Selain destinasi wisata banyak yang tutup, prosedur dan penerapan protokol kesehatan di bandara, stasiun, dan ruang publik lainnya sangatlah ketat. Saya yang biasanya ngeblog di luar seperti kampus, kafe, coworking space, dan sebagainya, ujung-ujungnya lebih memilih ngeblog di rumah.
Hikmah yang saya petik selama pandemi ini yakni bahwa kesehatan sangatlah mahal harganya, sebisa mungkin jagalah kesehatan diri sendiri supaya meminimilisasi risiko penularan penyakit kepada orang lain. Yang kedua, tabungan dan dana darurat perlu dipersiapkan sedini mungkin guna menghadapi gejolak dan risiko ketidakpastian. Makanya edukasi mengenai perencanaan finansial sangat penting menurut saya. Orang kerapkali menyepelekan hal ini.
Meski saya tidak bisa kemana-mana selama pandemi, saya bisa (((seolah-olah))) menikmati perjalanan ke suatu destinasi wisata melalui virtual tour. Melalui virtual tour nantinya seorang tour guide akan memandu jalannya wisata dan memberi informasi kepada peserta virtual tour via Zoom atau sejenisnya. Asyiknya virtual tour adalah kita bisa duduk-duduk atau sambil rebahan sembari menikmati suatu view yang tampil di layar gawai. Bagi saya ikut virtual tour adalah cara saya untuk tetap beraktivitas seru selama pandemi dan menghindari kejenuhan.
Salah satu virtual tour yang saya ikuti adalah "Menelusuri Pulau Penyengat Taman Para Cendekia." Sedikit saya jelaskan mengenai ini, Pulau Penyengat merupakan pulau kecil pulau kecil yang jaraknya 2 km dari Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Untuk sampai ke pulau tersebut, dari dermaga di Tanjungpinang, kita akan diantar menggunakan perahu Pompom. Pulau tersebut setidaknya memiliki 45 objek cagar budaya dan destinasi menarik seperti mesjid telur, istana, kantor, benteng pertahanan, dan sumur air tawar. Di abad ke-19, Pulau penyengat tersohor berkat literasi dan kesustraan Melayu. Di pulau ini lahirlah tokoh cendekia yang bernama Raja Ali Haji, sastrawan pencipta Gurindam 12. Gurindam 12 merupakan puisi Melayu yang bertuahkan beragam nasihat tentang kehidupan. Gurindam 12 selain populer, juga berperan penting dan menjadi cikal bakal perkembangan Bahasa Indonesia. Pada tahun 2018, pulau Penyengat ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya.
Selain beraktivitas seru, kita juga kudu produktif dong meski di rumah saja. Selain ikut virtual tour, saya meningkatkan kualitas diri dengan mengikuti beberapa webinar, online class, sesi diskusi (FGD), dan sejenisnya. Saya mengambil studi S1 di bidang akuntansi, tetapi saya juga terbuka mempelajari hal-hal baru di bidang blogging, kepenulisan, digital marketing, literasi digital, dan sebagai.
Masih berkaitan dengan literasi digital, mulai Agustus hingga Desember 2021 saya mendaftar di kelas "Mata Kuliah Kecerdasan Digital" yang diselenggarakan oleh CFDS (Center For Digital Society) UGM. Seperti kuliah pada umumnya, nanti akan ada presensi secara digital. Selama satu semester saya akan mempelajari apa itu digital mindset, design thinking, dasar coding, basic level untuk HTML, CSS, dan SQL. Sebagai seorang yang berkecimpung di dunia blogging, saya yakin pengetahuan level dasar ini akan berguna pada waktunya nanti.
Untuk peluncuran mata kuliah kecerdasan digital, CFDS mengundang narasumber Iqbal Ramadhan. Pada sesi ini saya mendapat insight mengenai kesadaran beretika di dunia daring (digital ethics) dan bagaimana cara meningkatkan produktivitas dan keahlian dalam menggunakan teknologi digital (digital skill).
Manteman yang beraktivitas seru dan produktif dari rumah sudah mendapatkan vaksinasi atau belum? Saya sendiri sudah mendapat vaksin dosis pertama. Semoga teman-teman yang belum segera dapat jatah buat vaksinasi ya. Dari data Kementerian Kesehatan per 31 Agustus menunjukkan bahwa program vaksinasi Covid-19 di Indonesia sudah menembus 100 juta suntikan. Kita tak perlu takut atau ragu untuk vaksin Covid-19, demi kesehatan dan imunitas yang lebih baik.
Kabar baiknya, kalian yang tinggal di Yogyakarta dan yang belum dapat vaksinasi bisa mengikuti Program Vaksinasi Gratis dari Shopee. Vaksinasi ini tidak dipungut biaya. Vaksinasi ini berlokasi di Sleman City Hall mulai tanggal 6 hingga 17 September 2021 (Senin-Jumat). Vaksin yang digunakan adalah Sinovac dosis pertama. Cara daftarnya:
1. Buka aplikasi Shoppee
2. cari "Pulsa, Tagihan, & Hiburan." kemudian klik "Lihat "Lainnya."
3. Scroll hingga mentok ke bawah. Nanti ketemu menu bertuliskan Layanan. Klik "Vaksin COVID-19."
4. Nanti kalian masuk ke Reservasi Vaksin. Pilih lokasi vaksinasi (misal Sleman, DIY).
5. Baca dulu Terms & Conditions ya manteman.
6. Centang pada bagian bawah bertuliskan bahwa kalian setuju pada syarat dan ketentuan yang berlaku. klik Konfirmasi.
7. Untuk diperhatikan, baca baik-baik dan penuhi syarat dan ketentuan sebelum reservasi. Klik "Buat Reservasi."
Manteman. kita tetap bisa ngeblog di rumah, beraktivitas seru, dan produktif meski di rumah saja. Jangan lupa jaga kesehatan fisik dan mental. Demi menghindari penularan virus Covid-19, segera vaksinasi ya ke Faskes terdekat atau bisa daftar ke Program Vaksinasi Gratis dari Shopee. Meskipun sudah divaksin, tetap patuhi prokes (cuci tangan, pakai masker, jaga jarak) dan hindari kerumunan. Kencengin sabuk pengaman, sebab titian kita masih panjang. Tetap seru, produktif, dan sehat selalu!