Saya sedang asyik scrolling twitter, seketika mutual twit saya @adriandanarw membuat twit yang cukup menggelitik dan membuat saya berpikir beberapa jenak. Bunyi twitnya berikut saya kutip, "beberapa buku bagus yang saya baca, halaman paling depannya mengucapkan terima kasih kepada ibu yang membawa sang penulis ke perpustakaan sewaktu kecil. Sungguh beruntung mereka yang terlahir dari orang tua dan di negara yang memfasilitasi perpustakaan bagus untuk generasi mudanya." Barangkali Mas Adrian sedang membuka-buka buku dan pada halaman depan buku tersebut tertuang ucapan terima kasih sang penulis kepada ibunya. Saya sangat sepakat dengan kalimat kedua, betapa beruntung anak-anak yang terlahir dari rahim orang tua yang menghadirkan bacaan berkualitas pemantik imajinasi dan critical thinking. Sungguh beruntung anak-anak yang terlahir di negara yang memfasilitasi perpustakaan dengan buku-buku bagus yang melimpah untuk generasi penerus bangsa.
Seketika saya teringat diri ketika masih bocil. Saya berasal dari keluarga sederhana. Pada masa kanak-kanak, buku menjadi hal yang sangat mahal bagi keluarga saya. Namun, ayah saya mengusahakan membeli buku cerita anak bergambar dan majalah anak bekas yang harganya tentu jauh lebih murah dari versi barunya. Dari buku cerita anak bergambar dan majalah tersebut saya jadi suka menggambar dan menulis. Meskipun gambar dan tulisan saya untuk anak kelas 1 SD ya gak bagus-bagus amat. Masa kecil saya sangat bahagia berkat dongeng-dongeng yang ada pada majalah atau buku cerita anak bergambar. Pernah suatu ketika saya menulis surat pembaca dan mengirimnya ke suatu majalah anak, eh tulisan saya ternyata tembus di majalah tersebut. Sebagai apresiasi saya mendapat buku diary yang sangat lucu.
Bagi bocah seperti saya, hal tersebut menjadi salah satu kenangan paling membahagiakan. Selain menulis, kreativitas saya di bidang menggambar juga ikut terasah. Saya ingat betul ketika kelas 3 SD saya ditunjuk sekolah untuk mengikuti kompetisi melukis tingkat kabupaten. Saya memang suka mencoret-coret halaman buku tulis. Buku tulis saya penuh dengan gambar-gambar. Gambar apa saja, bisa puteri duyung, pohon-pohon, orang, dan sebagainya. Tadaaaaa, ternyata wali kelas saya menyadari kalau saya memiliki bakat menggambar. Saya ikut seleksi lomba menggambar tingkat kecamatan dan menjadi juara 1. Saya kemudian mewakili kecamatan di tingkat kabupaten. Yaaaaa… meski di tingkat kabupaten tak menggondol trofi juara, saya tetap bangga. Masa kecil saya bahagia berkat buku-buku cerita bergambar dan majalah-majalah anak. Dari 2 hal tersebut, saya memiliki kemampuan menulis dan menggambar yang lumayanlah hehehe.
Ayah saya juga jago mendongeng. Dongeng masa kecil yang saya masih ingat hingga kini adalah cerita tukang kayu dan kapak tuanya. Pernah dengar cerita ini sebelumnya? Baiklah izinkan saya bercerita sedikit.
Ada seorang tukang kayu tua yang tinggal di gubuk yang reot bersama anak-anaknya. Mereka adalah keluarga paling miskin di antara keluarga-keluarga lain di desa itu. Biasanya, pada pagi buta si tukang kayu pergi ke hutan untuk berburu kayu dan menjualnya ke pasar. Namun naas, di suatu pagi si tukang kayu teledor ketika memotong tumpukan kayu. Alhasil kapaknya jatuh ke sungai.Si tukang kayu kalut tentunya. Ia bersusah payah mencari kapaknya hingga menyelam ke dasar sungai yang sebenarnya tidak terlalu dalam itu. Namun hasilnya sia-sia. Kapak tuanya tak jua ditemukan. Tiba-tiba ada yang menyembul dari permukaan sungai. Si tukang kayu kaget tentunya.“Hei, Pak Tua. Apa yang sedang kaucari di sungai sebenarnya.” Kata seseorang yang ternyata adalah jelmaan dewa.“Saya sedang mencari kapak saya yang hanyut ke sungai ini.” Jawab si tukang kayu dengan wajah sendu. Kapak tua harta paling berharga yang membantunya bekerja kini telah lenyap.“Apakah ini kapakmu, Pak Tua?” Kata dewa penunggu sungai tersebut.“Bukan. Kapak saya bukan terbuat dari perunggu.” Ujar si tukang kayu.“Apakah ini kapakmu, Wahai Pak Tua?”“Bukan…bukan. Kapak saya tidak mungkin terbuat dari perak.” Sekali lagi jawab si tukang kayu.“Hmmm…bisa jadi ini kapakmu, Pak Tua?”“Bukan. Bukan, Kisanak. Kapak saya adalah kapak tua yang sudah aus. Bukan kapak yang terbuat dari emas.” Kata si tukang kayu.“Bisa jadi ini kapak yang Kaucari, Pak Tua.”Betapa senangnya hati si tukang kayu manakala menemukan kapak tuanya. Berkat kejujuran hati si tukang kayu, dewa penunggu sungai tersebut menghadiahkan kapak emas dan kapak perak miliknya untuk diberikan kepada si tukang kayu.“Ambillah ini, Pak Tua. Juallah jika diperlukan.” Kata dewa penunggu sungai sembari menyerahkan kapak emas dan perak untuk si tukang kayu. Beberapa saat kemudian, dewa penunggu sungai lenyap. Meninggalkan rasa kaget si tukang kayu.Beberapa hari kemudian, si tukang kayu menjual 2 kapak pemberian dewa penunggu sungai. Si tukang kayu menjadi orang terkaya di desa tersebut. Tak lupa si tukang kayu berbagi rejekinya kepada sesama. Setelah menjadi kaya raya, hati si tukang kayu masihlah mulia. Tamat.
Well, bisa dipetik hikmat cerita di atas? Dongeng memantik imajinasi. Dongeng menginspirasi. Lewat dongeng anak-anak bisa belajar tentang kebajikan.
Memperoleh pendidikan dan pengasuhan yang baik merupakan hak anak. Demikian pula ketika mendapatkan sumber bacaan, dongeng, atau konten yang berkualitas.
Beda dulu. Beda pula sekarang. Meskipun buku-buku dan majalah anak masih tetaplah ada. Di jaman now seperti sekarang ini kita bisa memperoleh konten berkualitas secara digital. Melalui aplikasi tentunya. Salah satu aplikasi yang saya gunakan karena berisi bacaan-bacaan anak berkualitas ya Let’s Read.
Apa itu Let’s Read? Aplikasi Let’s Read dirancang untuk menumbuhkan minat membaca anak. Let’s Read menyediakan aneka bahan bacaan berkualitas dari berbagai negara. Judul cerita beragam, terdapat pula beraneka warna bahasa seperti Bahasa Indonesia, Thailand, Bali, Sunda, Jawa, India, Melayu, dan masih banyak lagi. Ibaratnya, Let’s Read merupakan perpustakaan digitalnya anak-anak. Seru gak tuh?
Tampilan aplikasi Let's Read. Dokumentasi Pribadi |
Dongeng/Cerita. Mencari Pulau Naga. Dokumentasi Pribadi |
Halaman Pertama "Mencari Pulau Naga. Dokumentasi pribadi |
Jika kamu tertarik dan penasaran dengan Let’s Read, kamu bisa mengunduhnya aplikasi Let’s Read di Play Store. Hal pertama yang dilakukan setelah mengunduh Let’s Read adalah setting bahasa. Bahan bacaan atau dongeng dalam bahasa yang kita inginkan akan muncul setelah kita pilih menu bahasa. Misal ketika kita memilih Bahasa Jawa, maka bahan bacaan yang muncul tentunya berbahasa Jawa. Untuk informasi lebih lanjut bisa dilihat pada infografis yang sudah saya buat berikut ini.
Aplikasi Let’s Read sangat mudah dipelajari anak-anak. Kita tentunya berharap bisa memberikan bahan bacaan berkualitas untuk anak-anak kita. Siapa tahu kelak ketika dewasa dan sang anak berprofesi sebagai penulis, dalam halaman persembahan dia menulis, “Terucap terima kasih yang sangat besar untuk Ayah dan Ibuku yang telah memberikan bacaan berkualitas dan sumber informasi melimpah ketika aku masih kecil. Aku menjadi aku yang saat ini berkat kontribusi ayah dan ibuku.” Hiks, jadi terharu. Melalui tulisan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada ayah telah memberikan bacaan berkualitas dan dongeng pengantar tidur ketika saya masih bocil.
Mari menghidupkan dongeng dan menghadirkan bacaan berkualitas untuk anak lewat aplikasi Let's Read!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar