Jam menunjukkan hampir pukul 7.14 WIB. Saya segera bergegas. Saya bersama teman-teman dari biro travel jogja pada kesempatan ini bersiap mengikuti Famtrip yang diselenggarakan oleh KBA (Kampung Berseri Astra.) Gedangsari. Kami akan belajar membuat batik tulis secara sederhana, semacam short course membatik gitulah. Titik kumpul di Jogja Expo Center (JEC) pada pukul 8.00. Di JEC, saya berkenalan dengan Mas Goris. Mas Goris inilah yang memandu kami, dari keberangkatan hingga pulang dari Gedangsari.
Ada apa di Gedangsari? Di Gedangsari terdapat Kampung Wisata Batik Tegalrejo. Sedikit cerita, dulu, Gedangsari merupakan kecamatan termiskin di Gunungkidul. Gedangsari terletak di perbatasan antara Klaten di Jawa Tengah dan Gunungkidul di DIY. Pada kenyataannya, Gedangsari memiliki sejumlah potensi daerah/lokal yang jika dipoles dan diberdayakan mampu memiliki nilai tambah. Gedang atau pisang jumlahnya cukup melimpah di Gedangsari. Membatik juga menjadi kegiatan yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Melihat potensi tersebut, Astra menggandeng Gedangsari menjadi bagian dari Kampung Berseri Astra (KBA). Melalui KBA Astra, potensi unggul dari suatu daerah dipetakan, ditelisik bagaimana mengembangkan potensi tersebut. Dalam penerapannya, KBA Astra berfokus pada 4 pilar. Empat pilar tersebut meliputi pilar pendidikan, kesehatan, kewirausahaan, dan tentu saja lingkungan.
Tak dipungkiri, Astra turut berkontribusi di bidang pendidikan di antaranya dengan memiliki beberapa sekolah binaan di Gedangsari (9 SD, 1 SMP dan 1 SMK). Saya ambil contoh salah satu sekolah binaan PT Astra Internasional Tbk, SMK 2 Gedangsari. Berkat dukungan Astra, siswa-siswi SMK 2 Gedangsari berani unjuk gigi di event bertajuk Jogja International Batik Biennale pada tahun 2016. Melalui ajang tersebut, pihak sekolah berharap batik kreasi siswa SMK 2 Gedangsari mampu dilirik dunia internasional. Tidak hanya itu, tahun 2018, SMK 2 Gedangsari berkesempatan meluncurkan produk busana Roges Style di Hartono Mall Yogyakarta. Peluncuran ini sekaligus menunjukkan hasil olah karsa siswa binaan dalam melestarikan tradisi dan budaya membatik.
Welcome dance berupa tarian kuda lumping. Dokumentasi pribadi |
Sekitar pukul 9.00, rombongan kami sampai di Balai Desa Tegalrejo. Di sana kami disambut dengan tarian lokal, semacam tari kuda lumping. Para penarinya adalah remaja warga desa setempat. Selain tarian, kami disuguhi jajanan tradisional seperti pisang dan kacang rebus. menu ala ndeso ini tentunya menggugah jiwa saya yang sangat kelaparan wkwkwk. Maklum gaes, belum sempat sarapan saya hahaha.
Mba Suryanti, memperkenalkan potensi Batik Tegalrejo, Gedangsari. Dokumentasi pribadi |
"Jadi di Gedangsari kami menggunakan pewarna alami yang ramah lingkungan. Batik Tegalrejo sendiri memiliki beberapa motif yang khas, yang terinspirasi lagi-lagi dari alam. Untuk lebih jelasnya setelah ini kita bisa belajar langsung di workshop." Pungkas Suryanti, pelatih batik yang akan mendampingi kami nanti.
Kreasi Batik Tegalrejo. Dokumentasi pribadi |
Kreasi Batik Tegalrejo. Dokumentasi pribadi |
Mbak Suryanti bercerita, selepas menyelesaikan studi di ISI Yogyakarta pada tahun 2016, beliau ingin fokus menggeluti kriya batik. Sedari kecil Mbak Suryanti telah akrab dengan dunia membatik. Ketertarikan dan bakat membatik diwariskan dari orangtuanya yang memiliki pekerjaan sebagai perajin batik. Di Tegalrejo inilah, Mbak Suryanti merintis workshop sekaligus galeri batik miliknya.
"Kami memproduksi batik dengan pewarna dari bahan-bahan alami. Pewarna alami yang kami gunakan misal dari tanaman indigofera yang menciptakan warna biru pada kain batik. Motif-motif Batik Tegalrejo juga diambil dari tanaman-tanaman yang banyak tumbuh di Gedangsari seperti Srikaya, bambu dan pisang." Urai Mbak Suryanti di galeri.
Setelah sedikit menjelaskan mengenai Batik Tegalrejo, berikutnya kami beranjak untuk sesi worskhop batik tulis. Kami diberi secarik mori yang bebas kami bikin motif sesuka hati. Setelah motif kreasi kami selesai, selanjutnya kami mengoleskan malam panas di atas motif tersebut. Langkah berikutnya yakni memberi warna pada batik tersebut. Selepas itu dikeringkan sebentar untuk kemudian memasuki tahap nglorod dengan maksud menghilangkan lapisan malam pada kain tersebut dengan cara merendamnya dengan air panas.
Membuat motif atau pola di atas secarik mori. Dokumentasi pribadi |
Melapisi motif dengan malam panas. Dokumentasi pribadi |
Proses pewarnaan pada kain batik. Dokumentasi pribadi |
Proses Nglorod. Dokumentasi pribadi |
Mengeringkan/menjemur kain selepas dilorod. Dokumentasi pribadi |
Momen ini membuat saya merasa bahagia sekaligus nostalgia. Ya, saya dulu pernah belajar membatik sewaktu duduk di kelas 2 SMP. Mata pelajaran membatik menjadi muatan lokal di sekolah saya dulu. Ketika dewasa saya sudah lupa bagaimana metode/teknik dan proses dalam membatik. Makanya saya berasa nostalgia ketika ikut kelas membatik di Famtrip KBA Astra. Bagi saya inilah cara asyik belajar membatik sekaligus berwisata di kampung Batik Tegalrejo. Semoga di kesempatan berikutnya saya bisa mengunjungi kembali Kampung Batik Tegalrejo. Terima kasih Astra dan KBA Gedangsari telah menciptakan momen istimewa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar