Sewaktu saya masih duduk di bangku SMA, saya sering mampir ke warung tetangga buat beli peralatan tulis atau kebutuhan pokok. Warungnya tidak jauh dari rumah saya. Sang pemilik warung, Mbak Mun, mencatat apa yang saya beli di buku kecilnya. Saat itu pencatatan barang masuk dan barang keluar masih dilakukan secara manual. Untuk ukuran warung kelontong yang kecil memang sedikit ribet. Apalagi untuk mencatat hutang dan piutang, bukunya lain lagi. Itu 9 tahun lalu ya pemirsa, sebelum digitalisasi mengubah segalanya.
Sekarang kita sudah memasuki industri 4.0, mau tidak mau semua kudu mengikuti perkembangan zaman. Termasuk pula UMKM. Menurut Kementerian Perindustrian, pendapatan UMKM naik 7 kali lipat berkat transaksi online. Kemudahan berbisnis online membuat pelaku usaha bermain di kanal digital. Selain itu, banyak pelaku usaha memanfaatkan media sosial, youtube, website, dan sebagainya untuk memasarkan produknya. See, digital semakin memudahkan para pelaku usaha dalam berbisnis dan mendapatkan cuan.
Di era digital seperti sekarang ini, pemilik toko kelontong seperti Mbak Mun sudah selayaknya mendapatkan kemudahan dalam mencatat printilan transaksi, stok barang, laporan keuangan dan lain sebagainya. Nah, aplikasi QASIR hadir untuk membantu mencatat pembelian, penjualan, persediaan barang, hingga laporan transaksi, semua bisa dilakukan secara online maupun offline sehingga membantu banyak pelaku usaha. QASIR memiliki visi tidak hanya menciptakan sistem tetapi juga ekosistem terintegrasi secara digital sehingga mampu memberdayakan UMKM sekaligus memberi peluang ekonomi yang sama dalam mengembangkan bisnis. Untuk jenis usaha bertipe Fast Moving Consumer Goods (FMCG) seperti milik Mbak Mun, QASIR memudahkan pelaku usaha memesan barang grosir tanpa dikenakan ongkos kirim ke alamat pemesan. Ada sejumlah agen yang telah bekerjasama dengan QASIR dalam menyediakan kebutuhan pelanggan dan memelihara ekosistem bisnis agar terus berkelanjutan.
Pasti ada yang bertanya-tanya. Apakah aplikasi ini berbayar dan disediakan free trial 30 hari? Tidak. Aplikasi ini GRATIS gaes untuk pelaku wirausaha/UMKM. Aplikasi QASIR tersedia versi web dan mobile apps. Nah versi mobile apps bisa diunduh di Play Store. Untuk memudahkan transaksi QASIR mendukung penggunaan smartphone berbasis android, bluetooth printer, dan bluetooth barcode scanner. Aplikasi ini bisa tetap berjalan meskipun kondisi sedang offline. Ketika sudah terhubung dengan jaringan internet, maka rekap transaksi dan laporan keuangan sudah bisa dilakukan. Untuk mendukung cashless society, QASIR membangun kerjasama dengan penyedia sistem pembayaran digital seperti GOPAY, OVO, LINKAJA, DANA, dan sejenis itu.
Awalnya nama aplikasi ini bukanlah QASIR, tetapi ETALASTIC (tahun 2016). Akan tetapi nama etalastic begitu sulit dicerna karena terlalu panjang. Oleh karena itu, butuh nama yang ringkas sekaligus mudah diingat semua orang. Maka terciptalah nama QASIR. Jumlah karyawan QASIR pada tahun 2017 adalah 8 orang, lalu bertambah menjadi 15 orang. Pada tahun 2019 QASIR membuka jaringan/kantor cabng di 5 kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, dan Denpasar. Adapun jumlah karyawan saat ini sudah mencapai 180 orang.
CEO QASIR, Michael Williem mengatakan, "Kami melihat dorongan masyarakat untuk berwirausaha semakin besar dan dampak yang dihasilkan sangat luas. Maka kami ingin berkontribusi memperkuat UKM di Indonesia dengan memberikan solusi yang signifikan bagi keseharian usaha hingga berdampak positif secara jangka panjang. Dengan aplikasi Point of Sales yang kami beri nama Qasir, kami menekankan proses transaksi, pembayaran dan supply chain automation dengan mendigitalisasi data pilihan produk dagangan dan mengintegrasikannya langsung dengan pencatatan akuntansi sehingga mempercepat proses perhitungan akhir. Proses ini akan menjadi data untuk mengetahui merchant mana yang membutuhkan suntikan dana. Mengingat 90% pengguna kasir tidak memiliki akun rekening bank.”
Pada QULQAS (Qumpul QASIR) Edisi Yogyakarta, QASIR mengadakan workshop bertajuk “Empowering Equal Economic Opportunities for SMEs through Technology” (memberdayakan peluang ekonomi yang sama untuk UMKM melalui teknologi) pada tanggal 26 Oktober 2019 bertempat di Jogja Paradise. Workshop ini sangat cocok untuk pelaku wirausaha/UMKM juga mahasisw yang berminat mengembangkan usaha. Pada kesempatan ini, QASIR mengundang beberapa pembicara kece dari startup seperti Tokopedia dan TaniHub, serta perusahaan game, Gameloft.
Kanan, Putra Dia (Country HR Manager, Gameloft Indonesia). Dokumentsi pribadi |
Pada sesi pertama, QASIR menghadirkan Putra Dia (Country HR Manager, Gameloft Indonesia). Putra Dia berbagi pengalaman mengenai Talent War di industri IT seperti apa. Putra Dia berkisah bahwasanya par milenial pada awal-awal membangun karir kerapkali keluar masuk di suatu industri dan mudah sekali resign. Padahal terkadang pengalaman masih belum seberapa. Apalagi para digital talent dengan skill yang mumpuni di industrinya kerap diperebutkan oleh perusahaan-perusahan top sehingga timbul talent war. Ini terkadang menyebabkan sebuah industri kekurangan SDM berlatenta. Oleh karena itu, sudah selayaknya manajemen perusahaan mengelola SDM/talent dengan menerapkan ilmu parenting, ngemongi istilah jawanya, sehingga orang-orang berkualitas ini menjadi betah dan produktif di perusahaan.
Narasumber dari Tokopedia. Dokumentasi pribadi |
Sesi selanjutnya, QASIR menghadirkan 2 pembicara dari Tokopedia. Pembicara pertama yakni Bayu Santoso selaku Lead Product Manager dan Raymod F. Sabandar sebagai engineering Manager Tokopedia. Pada sesi ini, Raymod mengulas "Marketing Funner, Bagaimana Teknologi memberikan solusi." Apalagi sejalan dengan misi Tokopedia yang hadir untuk memberikan pemerataan ekonomi melalui teknologi digital. Di sini Bayu menjelaskan bagaimana bisnis dalam memgembangkan produk hingga memcari kanal pemasaran yang tepat dalam bentuk marketplace. Dulu orang takut berbelanja online karena tidak menjamin barang yang dipesan akan datang sesuai pesanan. Kini markletplace seperti tokopedia hadir dan memberikan solusi melalui rekening bersama. Trust, itulah yang diberikan Tokopedia selaku marketplace yang menghubungkan pembeli dan pelapak digital.
Jika Bayu mengulas marketing funnel, Raymod berbicara mengenai CRM. Apa itu CRM? CRM singkatan dari Customer Relationship Management, sebuah strategi bisnis untuk mengelola interaksi dengan pelanggan sehingga memungkinkan bisnis tetap berkelanjutan. Di sini, Tokopedia menerapkan Customer Lifetime Value sebagai bentuk investasi jangka panjang di bidang relationship. Hal-hal yang dilakukan yakni dengan melakukan kalkulasi dan pendataan mengenai health relationship dengan pelanggan.
Kanan, Agatha Elita (Offline Commerce Manager, East Region). Dokumentasi pribadi. |
Sesi yang terakhir ini, QASIR menghadirkan narasumber dari TaniHub, aplikasi e-commerce yang menghungkan petani dengan pembeli. Agatha Elita selaku Offline Commerce Manager menjelaskan apa itu TaniHub dan apa mimpi TaniHub untuk masa depan pertanian Indonesia. Misi TaniHub sangat sederhana, yakni Memberdayakan petani lokal dengan menyediakan akses pasar dan akses keuangan. Melalui TaniHub, para petani lokal dapat menjual hasil panen mereka kepada para individu maupun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di berbagai wilayah. TaniHub berawal dari sebuah mimpi bahwa suatu hari, para petani di Indonesia dapat menikmati hasil yang adil untuk segala kerja keras mereka di ladang, sementara setiap rumah tangga dapat menikmati produk pertanian lokal dengan harga terjangkau. Kurang lebih seperti itu.
Demikian ulasan singkat dari workshop bertajuk “Empowering Equal Economic Opportunities for SMEs through Technology” yang diadakan oleh QASIR. Maju terus dunia wirausaha Indonesia, bertumbuhlah, teruslah berdaya sehingga mampu menciptakan kesempatan ekonomi yang sama dalam mengembangkan bisnis di era digital.
Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!