Kamis, 31 Oktober 2019

QulQas Edisi Yogyakarta : Memberdayakan UMKM dan Memberi Peluang Ekonomi yang Sama Melalui Teknologi Digital

Sewaktu saya masih duduk di bangku SMA, saya sering mampir ke warung tetangga buat beli peralatan tulis atau kebutuhan pokok. Warungnya tidak jauh dari rumah saya. Sang pemilik warung, Mbak Mun, mencatat apa yang saya beli di buku kecilnya. Saat itu pencatatan barang masuk dan barang keluar masih dilakukan secara manual. Untuk ukuran warung kelontong yang kecil memang sedikit ribet. Apalagi untuk mencatat hutang dan piutang, bukunya lain lagi. Itu 9 tahun lalu ya pemirsa, sebelum digitalisasi mengubah segalanya.

Sekarang kita sudah memasuki industri 4.0, mau tidak mau semua kudu mengikuti perkembangan zaman. Termasuk pula UMKM. Menurut Kementerian Perindustrian, pendapatan UMKM naik 7 kali lipat berkat transaksi online. Kemudahan berbisnis online membuat pelaku usaha bermain di kanal digital. Selain itu, banyak pelaku usaha memanfaatkan media sosial, youtube, website, dan sebagainya untuk memasarkan produknya. See, digital semakin memudahkan para pelaku usaha dalam berbisnis  dan mendapatkan cuan.
Di era digital seperti sekarang ini, pemilik toko kelontong seperti Mbak Mun sudah selayaknya mendapatkan kemudahan dalam mencatat printilan transaksi, stok barang, laporan keuangan dan lain sebagainya. Nah, aplikasi QASIR hadir untuk membantu mencatat pembelian, penjualan, persediaan barang, hingga laporan transaksi, semua bisa dilakukan secara online maupun offline sehingga membantu banyak pelaku usaha. QASIR memiliki visi tidak hanya menciptakan sistem tetapi juga ekosistem terintegrasi secara digital sehingga mampu memberdayakan UMKM sekaligus memberi peluang ekonomi yang sama dalam mengembangkan bisnis. Untuk jenis usaha bertipe Fast Moving Consumer Goods (FMCG) seperti milik Mbak Mun, QASIR memudahkan pelaku usaha memesan barang grosir tanpa dikenakan ongkos kirim ke alamat pemesan. Ada sejumlah agen yang telah bekerjasama dengan QASIR dalam menyediakan kebutuhan pelanggan dan memelihara ekosistem bisnis agar terus berkelanjutan.

Pasti ada yang bertanya-tanya. Apakah aplikasi ini berbayar dan disediakan free trial 30 hari? Tidak. Aplikasi ini GRATIS gaes untuk pelaku wirausaha/UMKM. Aplikasi QASIR tersedia versi web dan mobile apps. Nah versi mobile apps bisa diunduh di Play Store. Untuk memudahkan transaksi QASIR mendukung penggunaan smartphone berbasis android, bluetooth printer, dan bluetooth barcode scanner. Aplikasi ini bisa tetap berjalan meskipun kondisi sedang offline. Ketika sudah terhubung dengan jaringan internet, maka rekap transaksi dan laporan keuangan sudah bisa dilakukan. Untuk mendukung cashless society, QASIR membangun kerjasama dengan penyedia sistem pembayaran digital seperti GOPAY, OVO, LINKAJA, DANA, dan sejenis itu.

Awalnya nama aplikasi ini bukanlah QASIR, tetapi ETALASTIC (tahun 2016). Akan tetapi nama etalastic begitu sulit dicerna karena terlalu panjang. Oleh karena itu, butuh nama yang ringkas sekaligus mudah diingat semua orang. Maka terciptalah nama QASIR. Jumlah karyawan QASIR pada tahun 2017 adalah 8 orang, lalu bertambah menjadi 15 orang. Pada tahun 2019 QASIR membuka jaringan/kantor cabng di 5 kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, dan Denpasar. Adapun jumlah karyawan saat ini sudah mencapai 180 orang.

CEO QASIR, Michael Williem mengatakan, "Kami melihat dorongan masyarakat untuk berwirausaha semakin besar dan dampak yang dihasilkan sangat luas. Maka kami ingin berkontribusi memperkuat UKM di Indonesia dengan memberikan solusi yang signifikan bagi keseharian usaha hingga berdampak positif secara jangka panjang. Dengan aplikasi Point of Sales yang kami beri nama Qasir, kami menekankan proses transaksi, pembayaran dan supply chain automation dengan mendigitalisasi data pilihan produk dagangan dan mengintegrasikannya langsung dengan pencatatan akuntansi sehingga mempercepat proses perhitungan akhir. Proses ini akan menjadi data untuk mengetahui merchant mana yang membutuhkan suntikan dana. Mengingat 90% pengguna kasir tidak memiliki akun rekening bank.”

Pada QULQAS (Qumpul QASIR) Edisi Yogyakarta, QASIR mengadakan workshop bertajuk “Empowering Equal Economic Opportunities for SMEs through Technology” (memberdayakan peluang ekonomi yang sama untuk UMKM melalui teknologi) pada tanggal 26 Oktober 2019 bertempat di Jogja Paradise. Workshop ini sangat cocok untuk pelaku wirausaha/UMKM juga mahasisw yang berminat mengembangkan usaha. Pada kesempatan ini, QASIR mengundang beberapa pembicara kece dari startup seperti Tokopedia dan TaniHub, serta perusahaan game, Gameloft.
Kanan, Putra Dia (Country HR Manager, Gameloft Indonesia). Dokumentsi pribadi
Pada sesi pertama, QASIR menghadirkan Putra Dia (Country HR Manager, Gameloft Indonesia). Putra Dia berbagi pengalaman mengenai Talent War di industri IT seperti apa. Putra Dia berkisah bahwasanya par milenial pada awal-awal membangun karir kerapkali keluar masuk di suatu industri dan mudah sekali resign. Padahal terkadang pengalaman masih belum seberapa. Apalagi para digital talent dengan skill yang mumpuni di industrinya kerap diperebutkan oleh perusahaan-perusahan top sehingga timbul talent war. Ini terkadang menyebabkan sebuah industri kekurangan SDM  berlatenta. Oleh karena itu, sudah selayaknya manajemen perusahaan mengelola SDM/talent dengan menerapkan ilmu parenting, ngemongi istilah jawanya, sehingga orang-orang berkualitas ini menjadi betah dan produktif di perusahaan.
Narasumber dari Tokopedia. Dokumentasi pribadi
Sesi selanjutnya, QASIR menghadirkan 2 pembicara dari Tokopedia. Pembicara pertama yakni Bayu Santoso selaku Lead Product Manager dan Raymod F. Sabandar sebagai engineering Manager Tokopedia. Pada sesi ini, Raymod mengulas "Marketing Funner, Bagaimana Teknologi memberikan solusi." Apalagi sejalan dengan misi Tokopedia yang hadir untuk memberikan pemerataan ekonomi melalui teknologi digital. Di sini Bayu menjelaskan bagaimana bisnis dalam memgembangkan produk hingga memcari kanal pemasaran yang tepat dalam bentuk marketplace. Dulu orang takut berbelanja online karena tidak menjamin barang yang dipesan akan datang sesuai pesanan. Kini markletplace seperti tokopedia hadir dan memberikan solusi melalui rekening bersama. Trust, itulah yang diberikan Tokopedia selaku marketplace yang menghubungkan pembeli dan pelapak digital. 

Jika Bayu mengulas marketing funnel, Raymod berbicara mengenai CRM. Apa itu CRM? CRM singkatan dari Customer Relationship Management, sebuah strategi bisnis untuk mengelola interaksi dengan pelanggan sehingga memungkinkan bisnis tetap berkelanjutan. Di sini, Tokopedia menerapkan Customer Lifetime Value sebagai bentuk investasi jangka panjang di bidang relationship. Hal-hal yang dilakukan yakni dengan melakukan kalkulasi dan pendataan mengenai health relationship dengan pelanggan. 
Kanan, Agatha Elita (Offline Commerce Manager, East Region). Dokumentasi pribadi.
Sesi yang terakhir ini, QASIR menghadirkan narasumber dari TaniHub, aplikasi e-commerce yang menghungkan petani dengan pembeli. Agatha Elita selaku Offline Commerce Manager menjelaskan apa itu TaniHub dan apa mimpi TaniHub untuk masa depan pertanian Indonesia. Misi TaniHub sangat sederhana, yakni Memberdayakan petani lokal dengan menyediakan akses pasar dan akses keuangan. Melalui TaniHub, para petani lokal dapat menjual hasil panen mereka kepada para individu maupun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di berbagai wilayah. TaniHub berawal dari sebuah mimpi bahwa suatu hari, para petani di Indonesia dapat menikmati hasil yang adil untuk segala kerja keras mereka di ladang, sementara setiap rumah tangga dapat menikmati produk pertanian lokal dengan harga terjangkau. Kurang lebih seperti itu. 

Demikian ulasan singkat dari workshop bertajuk “Empowering Equal Economic Opportunities for SMEs through Technology” yang diadakan oleh QASIR. Maju terus dunia wirausaha Indonesia, bertumbuhlah, teruslah berdaya sehingga mampu menciptakan kesempatan ekonomi yang sama dalam mengembangkan bisnis di era digital.

Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!

Minggu, 20 Oktober 2019

Koperasi Syariah Zaman Now BMT Beringharjo : Berkontribusi Membangun Negeri, Bertransformasi di Era Digital

Lelaki berusia 49 tahun itu termenung sesaat, menarik napas dalam-dalam sebelum memberikan pidato menyambut Hari Koperasi yang mengudara di radio pada Bulan Juni 1951. Indonesia butuh gerakan dan organisasi ekonomi yang memberdayakan masyarakat di tengah pusaran arus kapitalisme Hindia Belanda. Tatkala itu Indonesia baru merdeka beberapa tahun, Indonesia butuh berdaulat secara ekonomi. Hatinya semakin berdesir. Visi ini yang membuatnya selalu membara ketika menyampaikan gagasan dan pandangan mengenai gerakan ekonomi kerakyatan bernama koperasi. Di berbagai kesempatan, di kampus-kampus kala itu, di mana pun ia berada, gaung suaranya terus menggema. Dua tahun kemudian, tepatnya pada 17 juli 1953, Kongres Koperasi Indonesia kedua di Bandung mendaulat lelaki berusia lebih dari separuh abad tersebut sebagai Bapak Koperasi Indonesia. lelaki itu adalah Mohammad Hatta.

Syahdan, jauh sebelum itu, gagasan mengenai koperasi sudah berkumandang. Adalah Raden Aria Wiraatmadja, seorang patih dari bumi Purwokerto yang pada tanggal 16 Desember 1895 mendirikan Hulp en Spaarbank-sejenis lembaga pemberi pinjaman (kredit) kepada yang membutuhkan. Kala itu, pegawai negeri yang bekerja pada pemerintah Hindia Belanda tercekik bunga tinggi akibat meminjam uang lintah darat. Tak hanya pegawai pemerintah, petani mengalami nasib yang sama, mendapat tekanan akibat praktik ijon yang menggurita. Selain Hulp en Spaarbank, Wiraatmadja menginisiasi Koperasi Kredit Padi dengan cara menjadikan lumbung-lumbung padi yang ada di pedesaan sebagai gudang penyimpan hasil panen sekaligus pemberi pinjaman padi ketika musim paceklik menyerang, dan tentu saja sebagai solusi atas praktik ijon.

Puluhan tahun setelah Kongres di Bandung tersebut, gerakan berbasis ekonomi kerakyatan bernama koperasi kian berkembang. Koperasi, model bisnis satu ini sudah seharusnya pro perubahan, selalu berinovasi, adaptif terhadap tren untuk menjawab tantangan zaman kini dan nanti. Apalagi di era digital seperti sekarang ini, di mana informasi kian terbuka dan mudah terbaca oleh generasi milenial di mesin pencari.
Dalam rentang tahun 2014 hingga 2018, koperasi mulai menunjukkan performanya. Hal tersebut bisa ditilik dari meningkatnya PDB koperasi terhadap PDB nasional. Persentasenya menanjak dari 1,71%  (2014) menjadi 5,1% (2018). Kini, terdapat kurang lebih 126.000 koperasi berorientasi pada kualitas. Rata-rata koperasi terebut sudah menerapkan online system.

Koperasi zaman now kian berbenah, semakin dinamis, semakin terdigitalisasi dengan mengadopsi Teknologi Informasi (TI) baik untuk sistem, manajemen, maupun pelayanan para anggotanya. Di awal perkembangannya dengan jumlah anggota yang sedikit, masih memungkinkan koperasi menggunakan cara kerja manual, misal pencatatan pinjaman dengan buku dan kertas. Di era industri 4.0, cara kerja tradisional semakin ditinggalkan. Apalagi jika anggota koperasi sudah mencapai puluhan ribu dan tersebar di berbagai daerah di tanah air.

Arus digitalisasi membuat koperasi kian bergerak seiring seirama dengan perkembangan Internet of Things (IoT), Artificial Intellegence (AI), FinTech (Financial Technology), dan sejenisnya. Dengan kata lain, reposisi koperasi di era digital menjadi sebuah keniscayaan. Reposisi ini membuat koperasi bertransformasi menanggalkan tradisi-tradisi masa lalu dan cara kerja lama yang sudah old fashioned, berubah menjadi koperasi berformat digital dan berbasis ekonomi kolaboratif. Yang dibutuhkan tidak hanya kerjasama, tetapi juga kolaborasi. Sinergi antara koperasi, para anggotanya, UMKM ataupun pihak-pihak lain yang berkontribusi.

Menjawab tantangan zaman, Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Beringharjo tumbuh menjadi koperasi yang inovatif dan adaptif terhadap perkembangan teknologi. Koperasi syariah zaman now ini memiliki program sosial dan pemberdayaan usaha mikro seperti Angkringan Simbah Harjo. Selain itu, BMT Beringharjo telah mengembangkan aplikasi digital berbasis android yang bisa diunduh di Google Play. Mantap betul! Adakah inspirasi yang bisa kita petik dari koperasi satu ini?
KSPPS BMT Beringharjo. Dokumentasi pribadi.
Masih terngiang dengan jelas di benak perempuan kelahiran Sumatera Utara, Mursida Rambe, bagaimana rentenir menjerat dan menyita rumah milik teman pengajian ibunya, Bik Senin. Kala itu Bik Senin meminjam uang untuk modal usaha senilai seratus ribu rupiah, tetapi berujung eksekusi rumah. Model bunga majemuk (compound interest) dengan rentang 10%-30% inilah yang menjerat Bik Senin. Bik Senin hanyalah pedagang kecil di suatu pasar tradisional yang sehari-hari berjualan ubi kayu, daun pisang, gori, dan sejenisnya. Bik Senin tak mampu membayar bunga itu, rumah pun disita.

Ada rasa ngilu yang menyeruak menyaksikan eksekusi rumah tersebut. Memori masa kecil inilah yang membuat Mursida Rambe semakin peka terhadap nasib kaum pinggiran. Memori ini pula yang kelak menggerakkan Mursida Rambe mendirikan lembaga yang memberdayakan kaum dhuafa agar lepas dari riba dan jerat rentenir. Memori pilu itu membuat perempuan berusia  52 tahun tersebut menjadi social entrepreneur dan menggawangi entitas bisnis berupa koperasi (syariah) dengan aset mencapai 175 miliar rupiah, BMT Beringharjo.
Yups, mimpi kecil Mursida adalah agar kaum dhuafa, pedagang cilik, buruh gendong, dan sejenisnya terbebas dari riba serta berdaya secara ekonomi. Di tahun 1994, selepas menyelesaikan diklat ekonomi syariah, Mursida mendapat modal dana sebesar 1 juta dari Dompet Dhuafa guna mengembangkan BMT Beringharjo. Beringharjo sendiri diambil dari nama tempat jejualan yang berlokasi di daerah Malioboro, Pasar Beringharjo. Mursida meyakini bahwa prinsip-prinsip syariah mampu menawarkan solusi atas praktik rente yang menjerat kaum ekonomi menengah ke bawah serta merangkul segmen mikro/UMKM.
Menyapa pedagang pasar yang menjadi anggota BMT Beringharjo. Dokumentasi BMT Beringharjo
BMT Beringharjo membina UMKM Lebih dari Seratus Angkringan Simbah Harjo. Dokumentasi BMT Beringharjo
Angkringan Simbah Harjo Mr. Heru. Dokumentasi pribadi
Hingga saat ini usaha Angkringan Simbah Harjo masihlah produktif. Selain memberdayakan lebih dari seratus angkringan, BMT Beringharjo juga mempunyai sejumlah program pemberdayaan lain. Beberapa di antaranya yakni Bering Sehat, Bering Tirta, pemberdayaan dhuafa melalui SIM (Sahabat Ikhtiar Mandiri), Parsel Dhuafa, pendampingan komunitas becak Beringharjo (Kompak Harjo), hingga pendampingan spiritual (mengaji) untuk buruh gendong.
Terhitung hingga kini, sudah 25 tahun BMT Beringharjo berkiprah dan berkontribusi untuk negeri. Lebih dari itu, BMT Beringharjo terus berbenah. Semakin inovatif dan bertransformasi di era digital. Apalagi jumlah anggota BMT Beringharjo sudah mencapai 12 ribu orang yang tersebar di 17 kantor cabang berbeda. Di usianya yang sudah seperempat abad, BMT Beringharjo dinilai perlu mengembangkan platform yang mendukung kemudahan transaksi nontunai para anggotanya. Selain menyediakan website yang informatif, BMT Beringharjo di Bulan November ini akan meluncurkan aplikasi berbasis android bernama KOCEQU.
Aplikasi KOCEQU. Dokumentasi pribadi
Wah mantap! Koperasi zaman now berkembang luar biasa hebat. Bung Hatta dan Aria Wiryaatmadja pasti bangga. Koperasi menunjukkan kinerja yang bagus serta adaptif terhadap perubahan. Berkontribusi membangun negeri, bertransformasi di era digital. Semoga Menginspirasi!