Halaman

Sabtu, 23 Maret 2019

Yuk Intip Inspirasi Apa Saja yang Ada di Pesta Kuliner Rakyat 2019!

"Pengen kulineran nih Arinta. Relomendasikan dong tempat yang asyik 
yang enggak bikin kantong kita bolong."

Mau kulineran? Plus dapat suasana baru yang seru dan enggak bikin kantong kamu jebol? Datang aja ke gelaran Pesta Kuliner Rakyat yang berlokasi di Piramid, Bantul mulai tanggal 22-23 Maret 2019. Di sini, kamu enggak cuma bisa mencicipi aneka penganan dengan harga terjangkau, kamu juga dapat mengikuti rangkaian acara berupa seminar, diskusi, dan talkshow tentang dunia entrepreneurship yang dikemas dalam konteks lokal yang sangat kekinian. Pembicaranya tentu saja pakar di bidangnya masing-masing. Di hari pertama gelaran Pesta Kuliner Rakyat tersebut, kamu bisa menggali informasi dan berdiskusi mengenai bagaimana kebijakan strategi pemasaran pemda DIY, financial plan, persiapan UKM menuju Bandara Internasional Yogyakarta, desain & branding (strategi membangun kemasan produk yang menjual). Adapun di hari kedua, kita bakalan disuguhkan talkshow mengenai peran sentral UKM dalam perekonomian masyarakat DIY. Wow! Materinya daging semua! Boleh banget nih untuk kamu yang sedang atau ingin mendalami bidang wirausaha. Satu lagi, seminar dan talkhow tersebut tidak dipungut biaya sepeser pun alias gratis! Mantul, mantap betul!

Gelaran Pesta Kuliner Rakyat ini merupakan wujud komitmen pemerintah daerah untuk membangun iklim positif dunia wirausaha (kuliner) sekaligus strategi membranding UKM di DIY agar naik kelas. Sudah tahu belum kalau tanggal 27 Maret nanti akan ada peletakan batu pertama oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk Bandara Internasional Yogyakarta? Yups Jogja bakalan punya Bandara baru lho selain Adisutjipto International Airport. Kabar baiknya, produk-produk UKM lokal bakalan terpampang lho di etalase. Produk-produk UKM tersebut tentunya sudah dikurasi oleh tim khusus dari segi kualitas hingga desain kemasan sehingga layak jual. Proses kurasinya juga sangat ketat. UKM mana coba yang enggak ingin produknya naik kelas serta dikenal oleh wisatawan dari berbagai negara? Semuanya butuh persiapan yang matang. Edukasi ke masyarakat serta pelaku UKM dirasa sangatlah penting. Maka dari itu, Dinas Koperasi UKM DI Yogyakarta dan PLUT-KUMKM DI Yogyakarta sudah sangat tepat menyelenggarakan rangkaian acara ini. Selain acara bertema kuliner, ada juga gelar produk craft dan fashion istimewa.

"Keterbukaan dan kecepatan informasi, globalisasi, gerakan bersama untuk mengentaskan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan membuat pelaku bisnis harus berbenah." Ujar Rika Fatimah, associate professor di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Perempuan berpenampilan modis yang memiliki pengalaman internasional di bidang peningkatan produktivitas dan kualitas produk tersebut menekankan pentingnya value added berupa nilai sosial, filosofi, spirit kegotongroyongan pada suatu entitas bisnis.
"Berbisnislah dengan menciptakan produk yang mampu memberikan dampak (kebermanfaatan) bagi lingkungan serta mengembangkan aspek sosial dan budaya."

Dampak lingkungan, sosial, dan budaya itu seperti apa? Tentu saja entitas bisnis tak hanya mampu menciptakan produk berkualitas dengan harga yang kompetitif, tetapi juga mempertimbangkan bagaimana cara agar produk tersebut berkategori ramah lingkungan (go green product). Nilai tambah dari segi budaya misalnya dengan membubuhkan aksara jawa dalam kemasan produk, selain Bahasa Indonesia dan Inggris tentunya. Biar nampak kesan lokalnya. Sangat Jogja gitu loh! Adapun value added dari segi sosial bisa dilihat dari spirit kegotongroyongan, kebersamaan, dan kepedulian terhadap sesama. Misal entitas bisnis memberdayakan pekerja difabel, menggerakkan penghuni lapas perempuan atau para janda  di suatu desa untuk tetap produktif, berkarya, dan mampu menghasilkan nilai ekonomi. Mampu MENGGERAKKAN. Itu yang terpenting.

Dalam sesi talkshow yang dihadiri para pelaku UKM itu, Rika memperkenalkan konsep Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneurship. Model gerakan wirausaha ini mengangkat kearifan lokal dengan semangat gotong royong sebagai elemen utama. Model kewirausahaan ini pertama kali diperkenalkan di Saemaul Internasional Forum pada tahun 2018. Kini konsep tersebut sudah dipromosikan ke berbagai negara dan ternyata telah diimplementasikan di negeri jiran, Malaysia. Apalagi menjelang pembukaan Bandara Internasional Yogyakarta, produk-produk UKM terutama kuliner, craft dan fesyen haruslah dikurasi sedemikan rupa serta memiliki filosofi G2R Tetrapreneurship sehingga nantinya mampu berkontribusi pada segmen ekonomi dan pariwisata di DIY.

Ada empat elemen yang dikedepankan dalam model wirausaha G2C Tetrapreneurship. Tetra berarti empat. Keempat elemen tersebut yakni berupa rantai wirausaha (chainpreneurship), pasar wirausaha (marketpreneurship), kualitas wirausaha (qualitypreneurship), dan merek wirausaha (brandpreneurship). Pendekatan rantai wirausaha mendeskripsikan filosofi chain supply dalam suatu proses atau aktivitas bisnis (ketersediaan produk, akses dan prioritas informasi, fasilitas, harga). Melalui elemen marketpreneurship dan qualitypreneurship, pelaku UKM mampu mengindetifikasi segmentasi pasar, kebutuhan, serta ekspektasi pelanggan/konsumen dengan menciptakan produk yang berkualitas. Terakhir brandpreneurship, mendorong iklim wirausaha melalui pendekatan nilai merek (brand value). Peran pemerintah daerah melalui kebijakan yang strategis, inovatif, serta futuristik sangatlah berarti, terutama untuk mendukung 4 elemen tersebut.

Untuk pengemasan dan pemasaran ada baiknya UKM membuat produk kemasan berkategori ritel, reguler, premium, dan suvenir Memang kategori suvenir dan premium harganya jauh lebih mahal, tetapi orang-orang justru lebih tertarik pada produk dengan kemasan unik, menarik, serta ergonomis. Biasanya kemasan jenis ini dijual saat ada pameran-pameran atau expo kuliner. Adapun kemasan ritel dan reguler bisa dijual secara eceran di toko-toko dan harganya jauh lebih murah.
"Bandara Internasional Suvarnabhumi (Thailand), Narita Airport (Jepang), Bandara Incheon (Korea), Rotterdam The Hague Airport (Belanda) merupakan segelintir bandara internasional yang mana memperkenalkan kuliner/penganan lokal ke mancanegara dengan desain kemasan produk yang menarik" tutur Rika.

Jogja tak mau kalah dong!
Nah penasaran enggak sih bagaimana kemasan produk-produk yang dijual di Pesta Kuliner Rakyat 2019? Berikut beberapa kemasan makanan yang saya ambil dan dokumentasikan. Desain kemasan ini tentunya sudah layak jual, tetapi untuk masuk ke Bandara Internasional Yogyakarta butuh kurasi dan pendampingan lebih lanjut oleh tim G2C Tetrapreneur serta Dinas Koperasi dan UMKM DIY.
Gelaran Pesta Kuliner Rakyat turut mendongkrak pendapatan pelaku UKM yang berjualan produk makanan di sana. Salah satunya Bu Sudarmi. Bu Sudarmi, perempuan asal Pundong (Bantul) ini telah berjualan Miedes sejak 2015. Miedes merupakan mie yang terbuat dari tepung tapioka yang diolah bersama bumbu rahasia, kocokan teluran, dan beberapa potong sayuran. Kuahnya segar dan maknyus. Sepersi Miedes dibanderol dengan harga Rp 10.000. Miedes ini halal dan sehat lho, tertulis di gerobaknya. Kalau kamu pengen Miedes buat oleh-oleh, ada lho mie kering dalam kemasan khusus.

"Orang mengira bahwa Miedes itu singkatan dari Mie Pedes, Mbak. Tapi bukan. Miedes itu sejatinya Mie Desa, khas Pundong. Saya menamainya Miedes sejak mendapat pelatihan dari dinas propinsi." Pungkas Bu Sudarmi.
Bu Sudarmi (Jilbab Hitam) dan Angkringan Miedes Pundong. Dokumentasi Pribadi
Ada yang pernah mencoba Miedes Pundong ini guys? Dokumentasi pribadi
Selain Miedes, ada lagi yang kuliner yang menarik menurut saya yakni olahan makanan yang dikemas ke dalam daun pisang dan daun jati yang dijual oleh Bu Farsiyati. Menarik karena jarang sekali saya mendapati makanan yang dikemas daun jati. Kemasan makanan (nasi)  di jaman now kebanyakan pakai kertas minyak, yang pakai daun pisang pun bisa dihitung jari. Bu Farsiyati masih satu desa dengan Bu Sudarmi di Pundong. Dengan kemasan daun Bu Farsiyati menjajakan buntil dan nasi bungkus. Harga per bungkus berkisar antara Rp 2.000-3000 saja. Tidak hanya itu, Bu Farsiyati juga menjual aneka keripik yang rasanya renyah.
Bu Farsiyati, buntil dalam kemasan daun jati serta nasi bungkus dalam kemasan daun pisang. Dokumentasi pribadi
Seorang pengunjung membeli keripik tempe yang dijual Bu Farsiyati. Dokumentasi pribadi.
Bagaimana? Apakah cerita di atas menginspirasi kamu untuk berwirausaha? Bagi kamu warga Yogyakarta yang masih bingung, tak tau bagaimana langkah untuk memulai usaha. Silakan gabung menjadi anggota PLUT dan konsultasilah. Setiap bulan banyak program-program yang pastinya memberdayakan pelaku UKM. Selain pendampingan usaha, kamu bisa mendapat relasi, mentor, pengetahuan teknis seperti finansial plan for business, membangun branding, digital marketing, dan masih banyak lagi.

Kesan saya : semoga acara seperti ini diperbanyak lagi. Bulan lalu ada gelaran Expo UKM Istimewa di Jogja yang diselenggarakan oleh PLUT serta Dinas Koperasi dan UKM DIY. Saya berharap ke depan, gelaran seperti ini juga ada Gunungkidul dan Kulonprogo. Menginsprasi tidak hanya Yogyakarta tetapi daerah-daerah lain di Indonesia. Jangan lupa untuk mempromosikan lebih gencar ke kalangan pelajar, mahasiswa, pegiat media sosial, dan masyarakat luas. Semakin banyak yang tahu, semakin banyak yang mau (membeli) produk lokal, kan?

Sekian dan sampai jumpa di gelaran berikutnya!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar